Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja moncer sejumlah saham bank mini dan saham terkait teknologi membawa indeks IDX SMC Composite mencatat rapor hijau di tengah tekanan pasar sepanjang tahun berjalan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, per penutupan Kamis (24/6/2021) indeks IDX SMC Composite mencetak penguatan 8,56 persen secara year to date (ytd). Dalam periode yang sama, IHSG hanya mampu menguat 0,55 persen, sedangkan LQ45 dan IDX30 kompak terkoreksi -8,58 persen dan -9,29 persen.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan pada dasarnya saham-saham lapis kedua dan ketiga akan selalu memiliki pergerakan yang lebih lincah dibandingkan saham berkapitalisasi jumbo.
Dia mencontohkan, di paruh pertama tahun ini saham-saham bank mini menjadi penggerak kinerja sektor perbankan seiring dengan rencana masing-masing perseroan terkait bank digital.
“Saham-saham bank mini yang terangkat sentimen rencana bank digital mengalahkan pergerakan saham bank besar,” katanya kepada Bisnis, Kamis (24/6/2021)
Berdasarkan pantauan BIsnis, salah satu saham bank mini yang belakangan kerap mencuat adalah saham bank milik Grup MNC, PT Bank MNC International Tbk. (BABP).
Baca Juga
BABP telah menguat 540,00 persen secara ytd, salah satunya terkerek rencana perseroan meluncurkan aplikasi bank digital bernama Motion. Kehadiran para influencer saham di jajaran pemegang saham juga menjadi bahan bakar tersendiri bagi BABP.
Selain saham-saham bank mini, Anggarksa menyebut saham-saham terkait teknologi dan komunikasi juga ikut mendongkrak kinerja indeks saham lapis dua.
“Kenaikan luar biasa di saham teknologi bahkan sampai terdapat emiten kecil yang mampu naik kelas menembus jajaran market cap besar,” ujar Anggaraksa.
Saham teknologi yang mengalami kenaikan paling signifikan adalah saham emiten penyedia data center PT DCI Indonesia Tbk. alias DCII. Tak sampai 6 bulan sejak pertama kali melantai di awal Januari lalu, saham DCII telah meroket 13.947 persen.
Pergerakan saham emiten milik Toto Sugiri itu sudah tak terbendung sejak pertama kali diperdagangkan di Bursa. Adapun, masuknya taipan dari Grup Salim, Anthoni Salim, sebagai pemegang saham semakin mendorong pergerakan saham DCII.
Kemudian ada saham grup Lippo, PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT) yang juga membukukan kinerja ratusan persen, yakni 653,52 persen secara year to date menjadi Rp5.350 per saham.
Sementara itu, dari sektor telekomunikasi saham yang sudah memiliki nama seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), dan PT Smartfren Tbk. juga mencatat kinerja saham yang gemilang.
Saham FREN terpantau naik 95,52 persen secara ytd. Kemudian TBIG naik 95,05 persen secara ytd, sedangkan TOWR 29,69 persen secara ytd.
Anggaraksa menilai kenaikan saham-saham lapis kedua dan ketiga cukup berkaitan erat dengan adanya sentimen positif yang mendukung. Pun, dia memprediksi penguatan ini masih langgeng selama sentimen positif masih terjaga
Dari jajaran saham-saham small medium caps tersebut, dia merekomendasikan TOWR (TP: 1.550), EXCL (TP: 3.150), dan MIKA (TP: 3.250).
Di sisi lain, dia melihat ada peluang saham-saham big caps akan mampu memperkecil jarak dengan saham-saham SMC terutama di kuartal IV/2021 seiring aksi beli yang biasanya dilakukan investor institusi jelang tutup buku.
“Akhir tahun umumnya terjadi aksi pembelian dari investor institusi, dimana yang menjadi incaran adalah saham-saham penggerak indeks atau big caps,” pungkas Anggaraksa.