Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kembali Catatkan Laba, Begini Rekomendasi Saham Sinar Mas Agro (SMAR)

Kinerja PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) didukung reli harga CPO dan sjeumlah rencana ekspansi perseroan seperti penambahan pabrik.
Produk minyak goreng dengan merek dagang filma. Minyak goreng merupakan salah satu produk dari PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk./smart-tbk.com
Produk minyak goreng dengan merek dagang filma. Minyak goreng merupakan salah satu produk dari PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk./smart-tbk.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan kinerja PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) diyakini akan berlanjut sepanjang 2021 seiring dengan pergerakan harga CPO yang masih cukup tinggi.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan, kinerja SMAR terbilang cemerlang pada tahun 2020 seiring dengan kenaikan pendapatan sebesar sekitar 11 persen secara year on year (yoy) dengan torehan Rp40,43 trilliun.

Hal ini juga diikuti dengan melonjaknya laba bersih ke level Rp1,53 trilliun bila dibandingkan dengan tahun 2019 senilai Rp898,6 miliar.

Frankie memaparkan, kinerja SMAR yang optimal pada tahun 2020 ditopang oleh kenaikan penjualan produk kelapa sawit, khususnya untuk pihak ketiga domestik. Hal tersebut dinilai wajar karena melonjaknya pembelian produk-produk turunan dari minyak sawit dalam jumlah besar atau borongan.

“Karena tahun lalu dihantam oleh pandemi Covid-19, kebijakan lockdown dan PSBB mungkin membuat masyarakat melakukan membeli kebutuhan sehari-hari secara besar-besaran untuk stok, terutama produk-produk turunan dari minyak sawit, seperti minyak goreng dan produk perawatan tubuh,” jelasnya saat dihubungi pekan lalu.

Kinerja positif ini pun juga telah berlanjut pada tahun ini. Frankie mengatakan, hal tersebut didukung oleh kenaikan harga CPO diakibatkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia serta pengaruh cuaca yang membatasi pasokan sawit.

Lebih lanjut, Frankie mengatakan, langkah ekspansi SMAR dengan penambahan kapasitas pabrik biodiesel terbilang sangat tepat. Ia menjelaskan, emiten sektor kelapa sawit seperti SMAR tidak bisa serta merta menaikan harga produk-produk olahan sawitnya di masa pandemi saat daya beli masyarakat baru menunjukkan pemulihan.

“Jadi perlu ada sektor lain yang membantu pendapatan perusahaan. Peningkatan di sektor biodiesel ini tepat karena permintaan akan bahan bakar alternatif ini ke depannya akan terus meningkat,” paparnya.

Ia melanjutkan, kinerja SMAR masih akan bergantung pula pada pergerakan harga minyak mentah dunia. Pasalnya, kenaikan harga minyak mentah akan turut menopang reli CPO dan sebaliknya.

Frankie pun masih menyematkan rating beli (buy) untuk saham SMAR karena rasio price to book value (PBV) yang hanya 1 kali. Rasio tersebut dinilai cukup rendah untuk ukuran saham emiten yang memiliki lini bisnis consumer goods.

Di sisi lain, ia mengatakan SMAR juga memiliki kendala dari sisi likuiditas. Hal tersebut akan membuat harga saham SMAR menjadi cukup fluktuaktif karena volume bid dan offer yang cukup kecil.

Frankie menambahkan, pergerakan saham emiten-emiten CPO saat ini juga terbilang bearish ditengah kenaikan rerata harga komoditas tersebut belakangan ini. Ia pun memprediksi target harga SMAR akan berada di level Rp4.000 – Rp4.200.

“Saham SMAR memiliki level resistance yang kuat di kisaran Rp5.000 yang sudah tersentuh di bulan Mei dan kemudian kembali terkoreksi perlahan,” pungkasnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, hingga kuartal I/2021 SMAR berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp11,10 triliun, naik 15 persen dibandingkan dari periode sebelumnya sebesar Rp9,61 triliun.

Secara rinci, penjualan domestik mencatatkan hasil Rp6,11 triliun, atau tumbuh 9,49 persen dari Rp5,58 triliun pada kuartal I/2020.Sementara itu, jumlah penjualan ekspor juga naik dari Rp4,03 triliun menjadi Rp4,98 triliun.

Sejalan dengan hal itu, laba usaha dan EBITDA meningkat signifikan menjadi masing-masing Rp574 miliar dan Rp1,08 triliun.

Dari itu, SMAR membukukan laba bersih yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp250 miliar. Perolehan tersebut kontras dibandingkan dengan perolehan 2019 yang merugi Rp1,4 triliun.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper