Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Reksa Dana Pendapatan Tetap Bisa Cuan Hadapi Tapering The Fed

Reksa dana pendapatan tetap menawarkan imbal hasil yang terukur dengan risiko relatif kecil.
Karyawati beraktivitas di depan patung banteng di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di depan patung banteng di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Gejolak pada pasar reksa dana pendapatan tetap akibat potensi kebijakan tapering dari The Fed dinilai hanya bersifat sementara. Kondisi fundamental ekonomi domestik yang optimal akan menjadi penopang utama kinerja instrumen ini sepanjang 2021.

Berdasarkan data Infovesta Utama, reksa dana pendapatan tetap mencatatkan kinerja positif sepanjang 4 Juni - 11 Juni, yakni 0,52 persen. hal ini terjadi menyusul stabilnya kondisi obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.

Meski demikian, reksa dana pendapatan tetap masih menunjukkan performa negatif sepanjang tahun 2021. Secara year to date (ytd) reksa dana pendapatan tetap membukukan kinerja -0,41 persen.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, sikap investor terhadap tapering yang akan dilakukan The Fed telah terlihat selama 3 hari terakhir. Ia mengatakan, selain kekhawatiran terkait taper tantrum, investor juga memantau kenaikan penderita Covid di Indonesia.

“Saat ini pasar obligasi sudah mulai bereaksi terhadap potensi tapering dari The Fed dengan adanya penurunan harga surat utang,” jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (17/6/2021).

Meski demikian, Wawan mengatakan prospek reksa dana pendapatan tetap ke depannya masih cukup positif ditengah sentimen tapering The Fed. Hal ini terutama untuk produk reksa dana yang berbasis Surat Utang Negara (SUN).

Ia menuturkan, reksa dana pendapatan tetap menawarkan imbal hasil yang terukur dengan risiko relatif kecil. Menurutnya, sepanjang investor dapat berinvestasi minimal selama 2 tahun, potensi kerugian akan sangat kecil.

“Hal ini mengingat obligasi sebagai basis reksa dana pendapatan tetap memberian kupon secara berkala,” jelasnya.

Di sisi lain, risiko yang lebih tinggi akan muncul pada investor yang memiliki reksa dana berbasis obligasi korporasi. Terkait hal tersebut, Wawan menyarankan investor untuk mengetahui kinerja fundamental emiten tersebut.

“Sebaiknya dipelajari emitennya, apakah bisnisnya terpengaruh bisnis oleh pandemi dan bagaimana kelangsungan usahanya,” imbuhnya.

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Panin Asset Management Rudiyanto. Menurutnya, secara historis, kebijakan tapering memang berdampak negatif terhadap aliran dana asing di emerging market.

“Outflow ini akan akan menyebabkan gejolak di pasar obligasi yang menjadi underlying reksa dana pendapatan tetap,” katanya saat dihubungi pada Kamis (17/6/2021).

Salah satu sentimen positif yang menopang reksa dana pendapatan tetap adalah kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang cenderung stabil. Hal ini tercermin pada tingkat inflasi di Indonesia masih di bawah target pemerintah, yakni plus minus 3 persen.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, perkiraan imbal hasil wajar SUN pada tahun ini akan berada di level 6,2 persen-6,3 persen di akhir tahun. Ia mengatakan, dengan level yield SUN saat ini pada kisaran 6,4 persen-6,5 persen, potensi return positif untuk reksa dana pendapatan tetap di 2021 masih memungkinkan.

“Jadi, dari domestik tidak ada isu yang membuat harga obligasi turun. Kalaupun ada, sepertinya berasal dari luar saja seperti berita tapering ini,” tambah Rudiyanto.

Kinerja Reksa Dana Ytd Hingga 11 Juni 2021

No

Indeks Reksa Dana

Kinerja Ytd s/d 11 Juni 2021

1

Indeks Reksa Dana Saham

-2,15%

2

Indeks Reksa Dana Campuran

0,89%

3

Indeks Reksa Dana Pendapatan tetap

-0,41%

4

Indeks Reksa Dana Pasar Uang

1,58%

Sumber: Infovesta Utama

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper