Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Dibuka Fluktuatif, Tergelincir ke Zona Merah

Ketika The Fed mengatakan mereka terkejut dengan seberapa cepat inflasi meningkat, maka hal ini dipandang negatif oleh pelaku pasar.
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham di Wall Street berfluktuasi saat membuka perdagangan Kamis (17/6/2021) seiring dengan rencana bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed memajukan perkiraan kenaikan suku bunga acuan ke 2023.  

Berdasarkan data Bloomberg, pukul 20.30 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,03 persen namun 15 menit kemudian berbalik turun 0,22 persen ke 33.958,6, indeks S&P 500 turun 0,05 persen ke 4.221,78, dan indeks Nasdaq naik tipis 0,1 persen ke 14.053,68.

Pasar saham di negara-negara berkembang dan harga komoditas mengalami pelemahan, dolar AS menguat, sementara indeks Stoxx 600 Eropa turun untuk pertama kalinya dalam 10 sesi perdagangan.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengakui risiko inflasi dan mengatakan pembuat kebijakan telah memulai diskusi tentang mengurangi pembelian obligasi.

Menurut perkiraan konsesus The Fed atau dot plot, bank sentral mengantisipasi dua kenaikan suku bunga pada akhir 2023, laju pengetatan yang lebih cepat dari perkiraan. Ini menandai titik balik dalam komunikasi The Fed ke pasar global, yang sejauh ini sangat dovish.

"Pasar fokus pada inflasi AS yang lepas landas dan The Fed harus mengurangi lebih cepat pembeliaan obligasi. Ketika The Fed mengatakan mereka terkejut dengan seberapa cepat inflasi meningkat, itu negatif bagi pasar." kata Bob Phillips, Managing Principal Spectrum Management Group.

Adapun di pasar saham Jerman, saham CureVac NV jatuh sebanyak 61 persen setelah sebuah penelitian menemukan bahwa vaksin Covid-19 produksi CureVac tidak mencapai target. Temuan ini, meskipun awal, membuat masa depan vaksin dipertanyakan karena negara-negara kaya di seluruh dunia bergerak cepat menggelar vaksinasi.

Di pasar komoditas, harga tembaga di London Metal Exchange sempat jatuh ke level terendah dalam dua bulan. Reli logam telah terhenti dalam beberapa pekan terakhir dan harga tembaga telah mundur dari rekor bulan lalu karena kekhawatiran tentang tekanan biaya mendorong ekspektasi stimulus akan dikurangi. Saham produsen tembaga Freeport-McMoran dan Newmont pun merosot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper