Bisnis.com, JAKARTA - Harga jagung turun mendekati level terendah sejak pertengahan April, sementara kedelai dan gandum juga tergelincir karena prospek hujan di AS setelah musim panas dan kering hingga Juni.
Penurunan terjadi setelah komoditas pertanian berjangka mencapai level tertinggi multitahun pada tahun ini, didorong oleh permintaan dari China dan kekhawatiran bahwa cuaca kering dapat membawa kekurangan pasokan ketika stok global ketat. Hal ini ikut memperburuk kekhawatiran inflasi pangan dan kelaparan global.
Prakiraan Layanan Cuaca Nasional menunjukkan hujan di atas normal dan suhu rata-rata di seluruh Midwest dalam kisaran 8-14 hari. Itu akan membantu mengurangi kekeringan menjelang Juli, waktu penting untuk pengembangan tanaman. Hujan juga mengurangi kondisi kering di Canadian Prairies dan membantu tanaman kanola dan gandum.
Ukraina diperkirakan akan memiliki panen jagung yang lebih besar tahun ini dan Argentina menaikkan perkiraan produksinya saat panen berlangsung.
"Prakiraan cuaca tampaknya sedikit kurang dramatis dari sebelumnya," Michaela Helbing-Kuhl, Seorang Analis di Commerzbank AG, yang dilansir Bloomberg.
“Kami berada di tengah pasar cuaca, dan para pedagang juga menunggu data penanaman AS yang diperbarui pada akhir Juni," tambahnya.
Baca Juga
Harga jagung berjangka turun sebanyak 6,4 persen menjadi US$5,705 per gantang di Chicago sebelum mengurangi sebagian kerugian. Kedelai diperdagangkan sebanyak 4 persen lebih rendah sementara minyak kedelai turun sebanyak 5,4 persen. Gandum turun sedikit lebih rendah, sebesar 3,5 persen.
Prospek cuaca yang lebih baik muncul setelah gelombang panas baru-baru ini mungkin telah merusak kualitas tanaman. Angka Departemen Pertanian AS yang dirilis Senin (14/6/2021) setelah perdagangan ditutup di Chicago menunjukkan kondisi jagung dan kedelai pekan lalu turun lebih banyak dari perkiraan para analis.