Bisnis.com, JAKARTA— Lelang surat berharga syariah negara atau sukuk negara, Selasa (15/6/2021), menghasilkan penawaran masuk senilai Rp46,67 triliun.
Berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pemerintah telah melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara. Lelang hari ini merupakan lelang sukuk negara kesebelas pada 2021.
Hasilnya, total penawaran yang masuk senilai Rp46,67,9 triliun untuk enam seri SBSN yang terdiri atas 1 surat perbendaharaan negara syariah (SPN-S) dan lima project based sukuk (PBS). Jumlah tersebut kembali memecahkan rekor penawaran tertinggi sepanjang tahun 2021.
Sebelumnya, pada lelang 2 Juni lalu, pemerintah berhasil menghimpun dana penawaran sebanyak Rp44,64 triliun.
Hasil lelang menunjukkan penawaran terbanyak masuk untuk seri PBS027 yang jatuh tempo 15 Mei 2023 dengan total Rp19,90 triliun. Dari penawaran yang masuk, yield atau imbal hasil rerata tertimbang yang dimenangkan 4,37 persen dengan jumlah nominal dimenangkan Rp6,55 triliun.
Seri selanjutnya yang paling diincar oleh investor yakni PBS017 yang jatuh tempo 15 Oktober 2025 dengan total penawaran masuk Rp12,74 triliun. yield rerata tertimbang yang dimenangkan 5,34 persen dengan jumlah nominal yang dimenangkan Rp0,90 triliun.
Baca Juga
Adapun, total nominal yang dimenangkan dari kelima seri yang ditawarkan senilai Rp10 triliun, sesuai dengan target indikatif pemerintah
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, salah satu sentimen utama tingginya minat investor pada lelang kali ini adalah imbal hasil obligasi yang positif selama beberapa pekan belakangan. “Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar obligasi Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Selasa (15/06/2021).
Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia seri acuan 10 tahun berada di kisaran 6,476 persen. Dalam sebulan terakhir, pergerakan yield SUN Indonesia terpantau menguat 1,2 basis poin.
Selain itu, investor juga merespon positif sejumlah rilis data domestik seperti inflasi yang stabil serta kenaikan neraca dagang Indonesia. Hal ini juga ditambah dengan tren positif pada nilai tukar rupiah yang kian mendukung fundamental ekonomi Indonesia yang optimal di tengah kondisi pandemi.
Seri | Jatuh Tempo | Penawaran Masuk | Jumlah Dimenangkan | Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan |
SPNS03122021 | 5 November 2021 | Rp1,74 triliun | Rp0,5 triliun | 3,19% |
PBS027 | 15 Mei 2023 | Rp19,90 triliun | Rp6,55 triliun | 4,37% |
PBS017 | 15 Oktober 2025 | Rp12,74 triliun | Rp0,9 triliun | 5,34% |
PBS029 | 15 Maret 2034 | Rp5,45 triliun | Rp2,05 triliun | 6,51%
|
PBS004 | 15 Februari 2037 | Rp2,91 triliun
| - | - |
PBS028 | 15 Oktober 2046 | Rp3,91 triliun | - | - |
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)