Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas saham-saham di Wall Street mengawali perdagangan Selasa (15/6/2021) dengan pelemahan seiring dengan data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang merujuk kepada melambatnya pemulihan ekonomi.
Berdasarkan data Bloomberg, pukul 20.30 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat tipis 0,04 persen menjadi 34.408,93, indeks S&P500 melemah 0,07 persen menjadi 4.252,09, dan indeks Nasdaq terkoreksi 0,31 persen menjadi 14.129,62.
Indeks S&P 500 terpantau turun dari rekor tertinggi setelah laporan penjualan ritel AS menurun pada Mei menyusul lonjakan dalam dua bulan sebelumnya. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun hanya naik tipis menjadi 1,51 persen, sementara minyak mentah diperdagangkan pada level tertinggi sejak 2018.
“Ada banyak pergerakan dengan banjir data yang keluar pagi ini. Perlu diingat ada keadaan unik terkait dengan kembalinya ekonomi kita yang memberi tekanan pada angka-angka ini." kata Mike Loewengart, direktur pelaksana strategi investasi di E*Trade Financial kepada Bloomberg.
Suasana pasar saham AS sebenarnya nampak tenang sebelum keputusan kebijakan The Fed pada Rabu (16/6/2021) dan kemungkinan petunjuk tentang kapan bank sentral akan memperlambat laju pembelian obligasi darurat.
“Kami pikir pasar bisa tetap relatif puas dalam lingkungan keyakinan yang rendah menjelang pertemuan The Fed besok," kata Xavier Chapard, ahli strategi makro global di Credit Agricole SA.
Baca Juga
Dia memperkirakan mulai besok sikap The Fed bisa menjadi sedikit kurang dovish daripada sebelumnya. Hal tersebut tentu diharapkan tidak memicu reaksi pasar yang signifikan.
Para ekonom memperkirakan ada titik balik yang bisa menunjukkan potensi kenaikan suku bunga pada tahun 2023, sementara The Fed tidak mungkin memberi sinyal pengurangan pembelian obligasi hingga akhir tahun ini.
Di luar pasar saham, minyak mentah West Texas Intermediate sempat diperdagangkan sekitar US$71 per barel karena investor mempertimbangkan prospek kenaikan permintaan, sekalipun ada pembatasan atau lockdown akibat pandemi di beberapa negara.
Sementara itu, harga Bitcoin sempat menyentuh di atas US$41.000, namun kemudian kembali turun. Mata uang kripto ini mendapat sentimen setelah veteran manajer dana lindung nilai, Paul Tudor Jones menyatakan dukungannya kepada Bitcoin dalam sebuah wawancara televisi baru-baru ini.