Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia mencatatkan pertumbuhan jumlah produk Exchange Traded Funds (ETF) selama tiga tahun terakhir. Tren tersebut menjadikan ETF Indonesia sebagai yang terbanyak di Asia Tenggara.
Ignatius Denny Wicaksono, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia (BEI) memaparkan, ETF merupakan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangankan di Bursa Efek.
“Jadi ETF ini menggabungkan sifat-sifat positif dari reksa dana konvensional dan instrumen saham,” jelasnya saat memberikan sambutan pada acara ETFest 2021 yang diselenggarakan PT Indo Premier Sekuritas, Jumat (11/6/2021).
Denny menjelaskan, pertumbuhan instrumen ETF di Indonesia mencatatkan pertumbuhan signifikan pada periode 2018-2021. Data dari BEI menyebutkan, hingga akhir Mei 2021, terdapat 47 ETF yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Bursa Efek Indonesia juga memiliki jumlah ETF tercatat yang terbesar di wilayah Asia Tenggara. Menyusul di belakang Indonesia adalah Singapura dengan total 30 ETF, menurun dibandingkan perolehan 2020 lalu sebanyak 32 produk.
Sementara itu, jumlah penerbit ETF juga mencatatkan kenaikan dari 8 penerbit pada 2018 menjadi 22 hingga Mei 2021. Sementara itu, jumlah dana kelolaan tercatat mengalami sedikit penurunan dari Rp16,1 triliun pada 2020 menjadi Rp14,8 triliun pada 2021.
Baca Juga
Denny menjelaskan, salah satu kemudahan berinvestasi pada ETF adalah efisiensi transaksinya. Transaksi pada ETF telah dilengkapi infrastruktur-infrastruktur pendukung pada pasar primer dan sekunder.
“Waktu setelmen yang lebih cepat dibandingkan durasi subscription atau redemption produk reksa dana konvensional, yakni T+2 seperti saham,” tambahnya.
Kelebihan lain instrumen ETF adalah transparansi dari tiap produknya. Ia mengatakan, seluruh konstituen pada sebuah portofolio ETF wajib dipublikasikan setiap hari di laman Bursa Efek Indonesia.
Sementara itu, reksa dana konvensional umumnya hanya mempublikasikan 10 konstituen terbesar dalam suatu produknya pada keterbukaan informasi bursa.
Lebih lanjut, Denny mengatakan produk ETF cenderung lebih fleksibel. Transaksi dapat dilakukan sepanjang jam perdagangan Bursa dengan harga dan waktu yang dikehendaki seperti Saham.
Perbedaan lain dari ETF dibandingkan produk lainnya adalah kehadiran dealer partisipan. Denny menjelaskan peran dealer partisipan serupa seperti market maker atau fasilitator pada pasar primer yang menjadi penyedia likuiditas di pasar sekunder.