Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berada di zona merah pada penutupan perdagangan sesi I di akhir pekan, Jumat (4/6/2021), memutus reli tren positif perdagangan minggu ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 11.30 WIB IHSG terpantau parkir pada posisi 6.058,42 di akhir sesi I, melemah 0,54 persen atau 33,09 poin. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak fluktuatif dalam kisaran 6.044,14-6.103,86.
Tercatat, sebanyak 201 saham menguat, 279 saham melemah dan 160 saham bergerak ditempat. Hingga siang ini telah dibukukan total transaksi sebesar Rp6,38 triliun, dengan aksi beli bersih atau net buy investor asing senilai Rp254,48 miliar.
Investor asing terpantau masih mengincar saham-saham perbankan diantaranya saham BBRI yang dibeli sebesar Rp135,9 miliar, BMRI senilai Rp35,9 miliar, BBCA senilai Rp24,0 miliar, BBNI senilai Rp16 miliar, dan BBTN senilai Rp7,7 miliar.
Walaupun investor asing kerap aktif melakukan aksi beli, hanya saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang mampu mengalami penguatan saham sebesar 0,30 persen ke level Rp1.650. Sementara saham-saham perbankan di atas lainnya justru mengalami pelemahan.
Sedangkan saham TOWR, INKP, dan TKIM menjadi yang paling banyak dijual oleh investor asing dengan net sell masing-masing Rp16,1 miliar, Rp15,5 miliar, dan Rp8,3 miliar.
Baca Juga
Di tengah pelemahan IHSG, di jajaran top gainers terdapat saham YELO yang melonjak tajam 34,58 persen, dan menyusul saham KIOS yang melejit 24,64 persen, dan BABP yang naik 13,22 persen pada penutupan sesi I perdagangan hari ini.
Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menuturkan setelah IHSG selama 6 hari berturut-turut menguat sebesar 327.88 poin atau naik 5,57 persen, sepertinya akan terjadi aksi profit taking dari para investor.
"Nampaknya mesin IHSG mulai kepanasan sehingga perlu cooling down alias ada peluang IHSG terkena profit taking dalam perdagangan Jumat ini seiring jatuhnya indeks DJIA sebesar 0,07 persen," ujarnya dalam riset harian Jumat (4/6/2021).
Selain itu, penurunan ini disertai cukup tajamnya kejatuhan harga beberapa komoditas seperti emas turun 2,01 persen, batu bara turun 1,23 persen, nikel turun 1,54 persen serta timah turun 2,39 persen.
Dengan demikian, investor perlu berhati-hati ada tekanan jual terhadap saham berbasis komoditas di tengah semakin bertambahnya emiten alias perusahaan yang membukukan penurunan keuntungan, atau menderita kerugian bahkan emiten yang menunda alias mengemplang utang-utangnya.