Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Melesat di Tengah Ancaman Baru Tarif Trump

Harga emas berjangka Comex menguat 0,2% ke US$3.371 pada perdagangan hari ini.
Seorang karyawan memamerkan emas batangan seberat satu kilogram untuk difoto di toko Tanaka Holdings Co. di Tokyo, Jepang. Bloomberg/Akio Kon
Seorang karyawan memamerkan emas batangan seberat satu kilogram untuk difoto di toko Tanaka Holdings Co. di Tokyo, Jepang. Bloomberg/Akio Kon

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melonjak ke level tertinggi dalam tiga pekan pada Senin (14/7/2025), seiring meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif 30% atas impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus.

Melansir Reuters, harga emas di pasar spot Emas spot tercatat stabil di US$3.354,83 per troy ounce pada pukul 11.10 WIB, setelah sempat menyentuh titik tertinggi sejak 23 Juni. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS menguat 0,2% ke US$3.371.

Analis senior pasar OANDA, Kelvin Wong mengatakan harga emas minat didorong terhadap aset safe haven yang telah kembali akibat ketidakpastian kebijakan tarif global AS.

”Jika emas mampu menutup perdagangan harian di atas US$3.360, maka potensi kenaikan menuju level resisten berikutnya di US$3.435 terbuka lebar,” ungkapnya.

Ancaman tarif terbaru ini disampaikan Trump pada Sabtu, setelah upaya negosiasi selama berminggu-minggu dengan mitra dagang utama AS gagal membuahkan kesepakatan komprehensif. Uni Eropa dan Meksiko sama-sama mengecam rencana tersebut sebagai kebijakan yang tidak adil dan mengganggu stabilitas perdagangan.

UE mengatakan akan memperpanjang penangguhan terhadap langkah balasan hingga awal Agustus dan tetap membuka ruang dialog guna mencari solusi melalui negosiasi.

Pasar kini menanti rilis data inflasi AS bulan Juni pada Selasa mendatang untuk mengukur arah kebijakan suku bunga Federal Reserve. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga sekitar 50 basis poin hingga akhir tahun.

Sebagai aset lindung nilai di masa ketidakpastian ekonomi, emas biasanya berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.

Meski demikian, penguatan indeks dolar sebesar 0,1% terhadap sejumlah mata uang utama turut membatasi kenaikan emas, karena membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) menunjukkan spekulan memangkas posisi beli bersih emas sebesar 1.855 kontrak menjadi 134.842 dalam pekan yang berakhir 8 Juli.

Sementara itu, analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha mengatakan bahwa sinyal teknikal kini menunjukkan tren bullish yang semakin menguat terhadap harga emas.

“Kombinasi pola candlestick yang konsisten membentuk higher low dan higher high, dipadu dengan Moving Average jangka pendek yang memotong ke atas MA jangka menengah, mengindikasikan bahwa tekanan beli masih mendominasi pasar,” ujarnya.

Menurut Andy, formasi ini memberikan dasar yang kuat bagi kelanjutan rally emas sepanjang pekan ini.

Di sisi geopolitik, konflik di Timur Tengah juga menambah dukungan bagi emas. Data dari Reuters melaporkan bahwa delapan warga Palestina tewas dan belasan lainnya terluka akibat rudal Israel yang meleset di Gaza Tengah.

Steve Witkoff, utusan Trump untuk Timur Tengah, menyatakan harapannya pada pembicaraan gencatan senjata di Qatar. Isu ini memperkuat peran emas sebagai aset safe-haven di saat risiko ekskalasi meningkat.

Meski demikian, kebijakan moneter The Fed bisa membatasi potensi upside emas. Risalah rapat FOMC Juni mengindikasikan mayoritas pejabat enggan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, mengingat risiko inflasi akibat kenaikan tarif perdagangan.

Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, bahkan menyebut bahwa ketidakpastian tarif membuat prospek inflasi semakin sulit diprediksi, sehingga mendukung keputusan untuk menunda pemangkasan suku bunga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper