Bisnis.com, JAKARTA – Emiten kosmetik dan jamu PT Mustika Ratu Tbk. membukukan peningkatan penjualan bersih. Di sisi lain, perseroan justru mengalami kerugian pada tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020 yang dirilis pada Selasa (1/6/2021), emiten berkode saham MRAT ini membukukan kenaikan penjualan 4,32 persen pada 2020 menjadi Rp318,41 miliar dibandingkan pada tahun 2019 sebanyak Rp305,22 miliar.
Merinci penjualan, emiten tersebut mencatatkan kenaikan pada hampir seluruh produk yaitu perawatan diri, jamu dan minuman kesehatan, dan kenaikan signifikan dialami penjualan produk kesehatan. Pada 2019 penjualan produk kesehatan hanya mencapai Rp601,89 juta, sementara pada 2020 mengalami kenaikan signifikan menjadi Rp59,48 miliar.
Sedangkan untuk produk kosmetik justru mengalami penurunan penjualan dari Rp101,71 miliar menjadi Rp41,33 miliar pada 2020.
Walaupun mengalami peningkatan penjualan, perseroan justru mengalami kerugian. Laporan mencatatkan kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp6,77 miliar, berbanding terbalik dengan tahun lalu yang membukukan laba bersih sebesar Rp131,18 miliar.
Hal tersebut disebabkan karena terjadi peningkatan beban penjualan, beban umum dan administrasi, dan rugi selisih kurs.
Baca Juga
Sementara bagian pendapatan lain-lain dan pendapatan keuangan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. MRAT pada 2019 membukukan pendapatan lain-lain sebesar Rp1,20 miliar, sedangkan pada 2020 hanya mengumpulkan Rp252,98 juta.
Beralih pada aset perseroan, MRAT membukukan peningkatan aset pada 2020 menjadi Rp559,80 miliar dari sebelumnya sebesar Rp532,76 miliar. Ekuitas perseroan mengalami penurunan dari Rp368,64 miliar menjadi Rp342,42 miliar.
Sedangkan untuk liabilitas, MRAT mengalami peningkatan tinggi yaitu 32,45 persen menjadi Rp217,38 miliar. Sedangkan pada tahun 2019, perseroan mencatatkan liabilitas sebesar Rp164,12 miliar.
Mengutip penjelasan Presiden Direktur Mustika Ratu Bingar Egidius Situmorang kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), penyebab terjadinya peningkatan 32,45 persen liabilitas adalah adanya peningkatan pada utang bank perseroan.
Kenaikan utang bank tersebut diperuntukkan pada penambahan fasilitas modal kerja dan beberapa kewajiban yang berkaitan langsung dengan kegiatan produksi dan distribusi perseroan serta entitas anak.
Pada keterangan tersebut Bingar juga menjelaskan bahwa perseroan mendapatkan penambahan fasilitas modal kerja tersebut pada kuartal III/2020.
“Fasilitas tambahan ini sepenuhnya digunakan untuk mendukung perseroan dalam mengembangkan lini bisnis personal care dan health care yang bertumbuh dan ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan pada sales perseroan,” ungkap Bingar dikutip pada Selasa (1/6/2021).