Bisnis.com, JAKARTA – Kabar dari sejumlah sektor ekonomi yang menjadi sorotan harian Bisnis Indonesia edisi hari ini, Jumat (28/5/2021), upaya pemerintah mendulang penerimaan negara melalui sunset policy hadapi jalan terjal.
Di sisi lain, prospek reksa dana hingga akhir tahun ini masih diprediksi positif seiring dengan adanya harapan perbaikan ekonomi dan vaksinasi yang berlangsung. Kemudian pemerintah dan PLN saat ini tengah memacu penambahan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Berikut beberapa rincian isu-isu terkini seputar perekonomian di Indonesia:
1. Sunset Policy Tersandung Tarif
Upaya pemerintah untuk mendulang penerimaan melalui sunset policy, yang dirumuskan di dalam revisi Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (PUU KUP), menghadapi jalan terjal. Kalangan pengusaha yang menjadi mayoritas sasaran mengungkapkan penetapan tersebut sangat besar sehingga cenderung mengabaikan kemampuan pengusaha.
2. Setrum Energi Hijau Dipacu
Baca Juga
Pemerintah dan PT PLN (Persero) sepakat untuk memberi porsi yang lebih besar terhadap penambahan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau RUPTL 2021-2030. Dalam draf RUPTL tersebut porsi pembangkit EBT sebesar 48 persen dan pembangkit fosil 52 persen. Sebelumnya pada RUPTL 2019-2028 untuk pembangkit EBT memiliki porsi sebesar 30 persen.
3. Target Lifting Rawan Meleset
Di tengah harga minyak yang cenderung stabil sejak awal tahun, kinerja hulu migas nyatanya masih terseok-seok sepanjang kuartal I/2021. Target produksi siap jual pun terancam meleset. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan outlook produksi siap jual (lifting) migas hingga akhir tahun hanya sebanyak 1,66 juta barel minyak ekuivalen per hari (boepd). Angka tersebut baru mencapai 97,5 persen dari target APBN 2021 yaitu 1,71 juta boepd.
4. Otoritas Moneter Lepas Intervensi
Bank sentral di sejumlah negara tengah berencana mengurangi intervensi moneter dan bantuan fiskal untuk menangani dampak pandemi Covid-19. Langkah ini dilakukan sejalan dengan mulai moncernya proses pemulihan ekonomi yang berlangsung sejak tahun lalu. Hal ini juga sekaligus menandai respon otoritas moneter terhadap proyeksi para pelaku pasar agar segera keluar dari pengaturan kebijakan darurat.
5. Menanti Tuah Perbaikan Ekonomi
Meski masih terkoreksi hingga Mei, prospek reksa dana saham sepanjang tahun ini masih positif seiring dengan adanya harapan perbaikan ekonomi yang digaungkan pemerintah. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan optimisme itu ditopang oleh proses vaksinasi virus corona yang masih terus berjalan. Menurutnya vaksinasi akan berdampak besar terhadap perekonomian, terutama pada paruh kedua 2021.