Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tangkap Peluang Bisnis, Indofarma (INAF) Bakal Bangun Banyak Pabrik Tahun Ini

Pada 2021, INAF tersebut telah mempunyai setidaknya 7 proyek dengan nilai pembiayaan investasi Rp169,86 miliar dan modal kerja Rp30 miliar.
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id

Bisnis.com, JAKARTA — Tahun ini emiten farmasi pelat merah PT Indofarma Tbk. bersiap menjalankan sejumlah proyek untuk menyokong menangkap peluang bisnis di bidang kesehatan.

Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengungkapkan, pada 2021 ini emiten bersandi INAF tersebut telah mempunyai setidaknya 7 proyek dengan nilai pembiayaan investasi Rp169,86 miliar dan modal kerja Rp30 miliar.

Proyek tersebut terdiri atas 6 proyek pengembangan produk dan 1 proyek pendukung untuk memastikan proyek pengembangan produk tersebut dapat berjalan dengan baik. Adapun mayoritas proyek tersebut adalah pembangunan pabrik alat kesehatan

Salah satunya, perseroan akan melakukan pembangunan pabrik melt blown yang merupakan bahan baku masker dengan nilai pembiayaan investasi Rp14,86 miliar dan modal kerja Rp5 miliar dan pabrik sarung tangan atau gloves dengan nilai pembiayaan investasi Rp20 miliar.

Kmeudian ada pula pabrik hospital furniture dengan nilai pembiayaan investasi Rp15 miliar dan modal kerja Rp5 miliar, serta pabrik catheter dengan nilai pembiayaan investasi Rp50 miliar dan modal kerja Rp10 miliar.

“Kemudian dengan nilai pembiyaan investasi Rp30 miliar, Perseroan akan mengembangkan produk Natural Extract,” jelas Arief dalam keterangan resmi yan dikutip Bisnis, Kamis (20/5/2021)

Kemudian, perseroan juga akan menggarap proyek pengembangan  Central Processing Facility dengan nilai pembiayaan investasi yang digunakan Rp30 miliar dan modal kerja Rp10 miliar. Nilai pembiayaan investasi untuk Supporting Function sebesar Rp10 miliar.

“Pada akhir tahun ini, semua fasilitas produksi dan pendukung yang baru tersebut ditargetkan sudah selesai dan siap beroperasi pada awal 2022,” kata Arief lagi.

Dia menuturkan tahun ini INAF terus berupaya untuk menangkap peluang bisnis demi mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Pun, strategi penguatan kinerja yang akan dilakukan Perseroan berfokus pada High-Performance Enterprises, Sales Portofolio Strategy, Product Portofolio Strategy, Supply Chain Management, Cash Flow Management, Human Capital Development, Business Process Alignment, dan Discipline of Execution.

“Dengan strategi tersebut, Perseroan berkeyakinan mampu mewujudkan pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Sementara itu, pada 2020 lalu INAF mencatatkan Penjualan Bersih sebesar Rp1,71 triliun, meningkat sebesar Rp356,41 miliar atau 26,22 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp1,35 triliun.

“Peningkatan Penjualan Bersih tersebut terutama ditopang dari penjualan segmen Alat Kesehatan dan Obat-obatan sesuai dengan strategi Turn Around Management,” jelas Arief.

Dari sisi pengendalian biaya, INAF berhasil menekan Beban Pokok Penjualan dari 81,58 persem di tahun 2019 menjadi 76,65 persen di 2020 atau turun sebesar 4,93 persen. Seiring dengan itu perseroan mampu membukukan Gross Profit Margin Rp400,59 miliar di tahun 2020 atau naik 60 persen dibandingkan dari tahun sebelumnya Rp250,36 miliar.

Perseroan juga berhasil melakukan penghematan Beban Penjualan dan Beban Administrasi Umum terhadap Penjualan dari 16,79 persen di tahun 2019 menjadi 15,58 persen di tahun 2020.

Secara operasional, Perseroan telah berhasil meningkatkan kinerja, baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi penghematan biaya sehingga mampu mendapatkan EBITDA Rp164 miliar di tahun 2020 dibandingkan EBITDA tahun 2019 sebesar Rp45 miliar atau tumbuh sebesar 364 persen.

Dengan adanya penerapan kebijakan akuntansi PSAK 71 di tahun 2020, Perseroan membukukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp38,50 miliar yang berdampak terhadap tergerusnya Laba Bersih Perseroan sehingga Perseroan hanya membukukan Laba Bersih sebesar Rp30,00 juta.

Hal tersebut merupakan bagian dari aspek kepatuhan terhadap regulasi PSAK 71 dan tindakan prudent Perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper