Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Rabu (12/5/2021) karena investor menunggu inflasi yang dapat memperkuat risiko tekanan harga lebih tinggi yang menggagalkan pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Dilansir dari Bloomberg, indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang melemah masing-masing 1,61 persen dan 1,47 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan meelmah 1,49 persen.
Bursa saham Taiwan anjlok 8,6 persen karena tekanan sektor teknologi dan pembatasan Covid-19. Transaksi margin memperburuk aksi jual.
Di sisi lain, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 menguat, didorong oleh berita bahwa Xiaomi Corp dan pemerintah AS mencapai kesepakatan untuk mengesampingkan daftar hitam dari pemerintahan Donald Trump yang dapat membatasi investasi AS di produsen ponsel pintar China itu.
Pasar saham Asia-Pasifik berada pada jalur penutupan terendah sejak Januari. Sementara itu, bursa berjangka Nasdaq 100 berkinerja buruk setelah pembeli turun mendorong indeks teknologi berat melemah. S&P 500 melemah untuk hari kedua.
Imbal hasil obligasi stabil dan dolar AS naik. Investor menunggu data inflasi dan penjualan surat utang pemerintah di AS. Penantian ini dapat memicu volatilitas pasar.
Investor berspekulasi mengenai apakah tekanan inflasi akan cukup kuat untuk memaksa Federal Reserve memperketat kebijakan lebih cepat dari yang diproyeksikan. Hal ini karena stimulus yang melimpah telah mendorong reli saham, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa valuasi menjadi terlalu mahal.
Pejabat Fed mengatakan ekonomi AS sedang menuju pemulihan tetapi masih menghadapi risiko, dan terlalu dini untuk membahas penarikan kembali dukungan moneter.
"Karena kami telah mencapai angka target akhir tahun untuk banyak indeks pasar saham," kata kepala pendapatan tetap dan portofolio global Mashreq Capital Oliver Kettlewell, dikutip dari Bloomberg Rabu (12/5/2021).
Dia mengatakan kelangkaan pasokan semikonduktor dan kekhawatiran inflasi yang disebabkan komoditas membuat takut investor.