Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang batu bara PT ABM Investama Tbk. (ABMM) menargetkan produksi batu bara lebih tinggi pada 2021 guna memanfaatkan momentum kenaikan harga batu bara.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga menuturkan proyeksi produksi di awal tahun rencananya akan mencapai 13,5 juta metrik ton batu bara. Namun, harganya yang tengah moncer membuat perseroan memilih untuk menggenjot produksi.
"Kami produksi di awal tahun diprediksi 13,5 juta metrik ton, di kuartal I/2021 hampir 4,4 juta metrik ton, diperkirakan output produksi akan lebih tinggi, kami akan ajukan tambahan RKAB [Rencana Kerja dan Anggaran Biaya] kepada pemerintah," jelasnya, Jumat (7/5/2021).
Target penjualan batu bara juga tadinya dipatok di level 13,5 juta metrik ton karena harga batu bara yang tengah naik tajam.
Pemerintah juga telah menaikan kuota tambahan untuk ekspor batu bara tambahan 75 juta metrik ton untuk memanfaatkannya sebagai devisa hasil ekspor. Perseroan pun memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk ekspor.
"Kami manfaatkan momentum demand baik, equipment, orang ready, tahun lalu siapkan antisipasi peningkatan setelah Covid-19. Tim siap, organisasi siap, proyek siap, kami tingkatkan volume produksi momentum harga dengan harapan kinerja lebih baik 2021 ini," paparnya.
Baca Juga
ABMM juga bercerita saat terjadi kenaikan kasus Covid-19 di India, permintaan batu bara dari India tidak menyurut karena pelabuhan tetap dibuka.
Namun, jika kondisi Covid-19 memburuk, selain India, masih ada negara lain seperti China, Vietnam, Malaysia dan domestik Indonesia, masih banyak dan terbuka.
"Anytime bisa switch. Sampai hari ini perang dagang China Australia membuat penyerapan batu bara Australia ditunda China, jadi China beli dari tempat lain," katanya.
Pihaknya juga tengah menyiapkan rencana akuisisi lahan hanya saja terkendala harga yang meningkat sebagai akibat dari kenaikan harga batu bara pula.
Emiten yang terafiliasi dengan Vale Verde Ptd. ini menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) US$150 juta-US$200 juta untuk kebutuhan akuisisi lahan tambang baru.
"Rencana bisnis non coal, rencana bisnis ini penting, butuh persiapan lini bisnis baru non coal, hardrock, ada nikel, emas yang kita lihat, secara kami sudah mulai mencari alternatif tambang lain selain coal," katanya.
Harga saham ABMM pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (7/5/2021) tak berubah dari level pembukaannya Rp780, dengan kapitalisasi pasar Rp2,15 triliun.