Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Macet, Harga Batu Bara Semakin Panas

Lonjakan harga batu bara di China adalah prospek kenaikan permintaan seiring dengan pemulihan industri dan ekonomi di Negeri Panda pascapandemi virus corona.
fasilitas conveyor belt di salah satu tambang batu bara Australia/ Bloomberg
fasilitas conveyor belt di salah satu tambang batu bara Australia/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara thermal berjangka di China melonjak ke rekor tertingginya seiring dengan pemulihan ekonomi di negara tersebut yang memicu kenaikan permintaan.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (6/5/2021), harga batu bara berjangka di Zhengzhou Commodity Exchange sempat naik hingga 6,7 persen di level 841,6 yuan atau US$130 per ton. Catatan tersebut merupakan kenaikan harian tertinggi sepanjang sejarah.

Katalis bagi lonjakan harga batu bara China adalah prospek kenaikan permintaan seiring dengan pemulihan industri dan ekonomi di Negeri Panda pascapandemi virus corona. Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia tersebut diproyeksikan akan membakar batu bara dalam jumlah terbesar sepanjang sejarah pada tahun ini.

Di sisi lain, pasokan komoditas ini tersendat karena sejumlah pemeriksaan keamanan tambang menyusul sejumlah kecelakaan yang terjadi. Langkah penghentian pembelian batu bara dari Australia juga semakin memperketat keadaan pasar batu bara.

Analis Citigroup Inc., Jack Shang mengatakan, harga batu bara kemungkinan akan tetap solid di China sepanjang tahun ini. Hal tersebut terjadi seiring dengan ketimpangan antara lonjakan permintaan dan tipisnya pasokan ditengah larangan impor batu bara dari Australia.

Sebagai informasi, China mengimpor sebnyak 68 juta ton batu bara pada kuartal I/2021. Jumlah tersebut turun 29 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Salah satu perusahaan tambang batu bara, China Shenhua Energy Co., memprediksi kenaikan permintaan dari sektor industri akan menjaga tingkat harga batu bara pada tahun ini. Sementara itu, Yanzhou Coal Mining Co., tengah merencanakan ekspansi kapasitas menyusul peningkatan penerimaan perusahaan.

Investor juga tengah memantau prospek penurunan konsumsi batu bara di masa depan. Presiden China Xi Jinping menginginkan negaranya mulai mengurangi pemakaian batu bara pada 2026 untuk mencapai penurunan emisi gas rumah kaca pada 2030 serta mencapai emisi karbon 0 persen pada 2060.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper