Bisnis.com, JAKARTA – Harga perak memimpin reli aset logam mulia seiring dengan pelemahan dolar AS dan laporan terkait penurunan kegiatan manufaktur di AS yang mendorong permintaan terhadap aset safe haven.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (4/5/2021), harga perak di pasar spot terpantau sempat naik hingga 4,2 persen ke US$26,9946 per troy ounce, atau kenaikan harian tertinggi sejak 1 Februari lalu.
Di sisi lain, harga emas juga sempat naik 1,3 persen pada level US$1.792,22 per troy ounce di New York setelah terkoreksi 0,5 persen sepekan kemarin.
Adapun harga emas dan perak kembali menunjukkan reli positif setelah sempat terkoreksi pada awal tahun 2021. Pemulihan ekonomi di AS sempat mendorong kenaikan dolar AS dan imbal hasil US Treasury, sehingga menurunkan daya tarik aset safe haven.
Salah satu katalis untuk reli harga perak adalah penurunan kegiatan manufaktur di AS. Laporan dari Institute for Supply Management (ISM) menyebutkan, aktivitas pabrik-pabrik di Negeri Paman Sam menurun dari level tertingginya dalam 37 bulan terakhir pada April 2021.
Perlambatan ekspansi kegiatan manufaktur tersebut semakin memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral di dunia, termasuk The Fed, akan tetap mempertahankan suku bunga rendah. Kebijakan ini akan mendorong kenaikan minat investor terhadap aset seperti emas dan perak, yang tidak memiliki bunga.
Analis TD Securities Bart Melek menjelaskan, laporan ISM yang berada dibawah estimasi sebelumnya mengindikasikan laju pemulihan ekonomi tidak secepat yang diharapkan sejumlah pihak.
“Hal ini berarti kita tidak akan melihat adanya perubahan kebijakan yang signifikan dalam waktu dekat,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Sementara itu, harga emas menguat setelah munculnya pernyataan Menteri Keuangan AS, Janet Yellen terkait paket stimulus yang diajukan Presiden Joe Biden. Yellen menyebutkan, rencana kebijakan ekonomi Biden tidak akan menimbulkan tekanan inflasi.
“Harga emas akan mendapatkan dukungan yang lebih baik dari kebijakan dovish The Fed dan pelemahan dolar AS,” jelas analis Angel Broking Ltd., Prathamesh Mallya dalam laporannya.
Sementara itu, analis Commerzbank AG, Carsten Fritsch menyebutkan, momentum penguatan harga emas dapat semakin kuat ditengah ekspektasi berbaliknya outflow dari exchange traded funds (ETF) berbasis emas menjadi inflow.
“Kami memperkirakan ETF emas akan kembali mencatatkan inflow paling lambat pada paruh kedua tahun ini. Sentimen ini dapat membantu harga emas menyentuh level US$2.000 per troy ounce pada akhir tahun nanti,” jelasnya.