Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) kembali menguat pada perdagangan perdana bulan Mei 2021.
Berdasarkan data Bursa Malaysia pada Senin (3/5/2021), harga CPO kontrak Juli 2021 terpantau naik 216 poin ke harga setelmen 3.868 ringgit per ton setelah sempat mencatat level tertinggi pada 4.095 ringgit per ton.
Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak Juni 2021 juga menguat 221 poin pada level 4.119 ringgit per ton setelah mencapai harga tertinggi 4.340 ringgit per ton.
Harga CPO juga telah berhasil menembus level 4.000 ringgit per ton pada Kamis (27/4/2021) lalu. Kala itu, harga minyak kelapa sawit dengan kontrak teraktif diperdagangkan pada 4.069 ringgit per ton.
Adapun, sepanjang periode April 2021 lalu, harga komoditas ini telah melesat 7,1 persen. Pergerakan ini sekaligus menjadi catatan kenaikan bulanan kedua sepanjang tahun 2021.
Fitch Solutions menyebutkan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) akan bergerak lebih tinggi pada tahun ini seiring kekhawatiran terkait keterbatasan pasokan.
Fitch Solutions menetapkan proyeksi harga CPO terbaru untuk tahun 2021 pada 3.400 ringgit per ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan estimasi yang dikeluarkan Fitch Solutions sebelumnya pada level 3.050 ringgit per ton.
Dalam laporannya, Fitch Solutions memaparkan, keterbatasan pasokan akan menjadi sentimen utama yang mendorong kenaikan harga CPO. Fitch Solutions memprediksi kondisi pasar CPO akan tetap ketat pada kuartal II/2021.
Fitch Solutions menuturkan, jumlah pasokan dari Malaysia telah berada dibawah ekspektasi sejak kuartal I/2021 lalu seiring dengan minimnya jumlah tenaga kerja pada lahan sawit karena pandemi virus corona.
“Sementara itu, permintaan impor CPO mulai pulih seiring dengan pembukaan kembali kegiatan ekonomi pada beberapa negara,” demikian kutipan laporan tersebut.
Seiring dengan hal tersebut, Fitch Solutions mengatakan rerata harga CPO pada tahun 2021 di kisaran 3.270 ringgit per ton berbanding harga pada pasar spot di level 4.012 ringgit per ton. Sedangkan, rerata harga pada 2022 juga naik dari 2.600 ringgit per ton menjadi 2.900 ringgit per ton.
Harga CPO berjangka juga diproyeksi tidak akan melampaui level tertingginya pada 2008 lalu seiring dengan mulai membaiknya produksi dalam beberapa bulan mendatang.
Dalam jangka pendek, permintaan dari India akan berkurang seiring dengan lonjakan penyebaran virus corona yang akan mengganggu kegiatan perdagangan dan impor di negara tersebut.
Sementara itu, pemulihan permintaan akan banyak terjadi sepanjang tahun 2021. Fitch Solutions memprediksi pertumbuhan konsumsi pada 2022 akan turun ke level 3,4 persen setelah berada di kisaran 3,8 persen pada tahun ini.
“Jumlah produksi CPO global juga akan tumbuh dari 2,6 persen di musim 2020/2021 menjadi 3,7 persen pada musim 2021/2022,” demikian kutipan laporan tersebut.