Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan sekuritas memperkirakan tren penurunan nilai transaksi pialang saham diperkirakan masih akan berlanjut dan mulai membaik pada pertengahan tahun ini.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai transaksi pialang saham sepanjang April 2021 hanya mencapai Rp396,21 triliun, lebih rendah dibandingkan nilai transaksi sepanjang Maret yang mencapai sekitar Rp569,04 triliun.
Transaksi broker terus membukukan penyusutan sepanjang tahun ini. Sebagai gambaran, meski nilai transaksi sepanjang Maret lebih dari Rp500 triliun, jumlah tersebut lebih rendah dibanding Februari yang mencapai Rp624,93 triliun.
Nilai transaksi Februari juga jauh lebih rendah dibandingkan awal tahun ini. Sepanjang Januari 2021 nilai transaksi broker menyentuh Rp849,12 triliun selama sebulan sekaligus memecahkan rekor tertinggi.
Presiden Director Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan kondisi penurunan transaksi pialang saham memang dialami oleh para sekuritas, termasuk Sucor Sekuritas.
“Trading value kita pada bulan April 2021 turun dari Rp7,39 triliun menjadi Rp5,92 triliun atau turun 19,9 persen. Lebih rendah dari penurunan trading value bursa di angka 29 persen,” katanya ketika dihubungi Bisnis, akhir pekan lalu.
Baca Juga
Menurutnya, tren penurunan disebabkan beberapa faktor, seperti tren kenaikan yield obligasi yang meningkat di Amerika Serikat sehingga mendorong adanya foreign outflow yang mengakibatkan bursa Indonesia tertekan.
Di sisi lain, dari dalam negeri sentimen terkait mengenai BPJS Ketenagakerjaan yang mengurangi porsinya di saham dan reksadana mengakibatkan investor domestik cenderung wait and see dalam melakukan pembelian.
“Investor juga masih menunggu result lapkeu Q4/2020 dan Q1/2021,” katanya.
Kondisi tersebut, imbuh Bernadus, juga ditambah dengan periode bulan Ramadan yang biasanya trading value turun dikarenakan adanya investor yang keluar dari pasar modal untuk keperluan THR atau konsumsi di sektor riil.
Lebih lanjut dia mengatakan tren transaksi pialang saham masih akan melambat di bulan ini, apalagi hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang Mei hanya 17 hari, berbanding 21 hari bursa pada April lalu.
Bernadus memperkirakan transaksi bursa akan mulai normal bulan Juni mendatang seiring musim laporan keuangan tahun buku 2020 yang usai dan mayoritas laporan keuangan kuartal 1/2021 yang telah dipublikasikan.
“Juni telah di-publish semua termasuk sebagian besar Q1/2021 sehingga lebih banyak kepastian yang akan menambah optimisme investor, terutama jika result sesuai yang diharapkan,” pungkasnya.
Terpisah, Presiden Direktur RHB Sekuritas Iwanho juga mengamini bahwa saat ini para investor, khususnya domestik, masih cenderung berhati-hati untuk melakukan transaksi secara agresif.
Menurut dia, kemungkinan besar investor akan mulai masuk kembali ke pasar usai Lebaran, tapi dengan catatan angka kasus harian Covid-19 tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah hari raya.
“Investor lokal juga saat ini sedang wait and see, kemungkinan akan berlangsung sampai akhir Mei karena ada risiko angka Covid akan naik di akhir Mei, setelah liburan lebaran,” katanya.
Sementara itu, Iwanho menilai untuk investor asing tengah menunggu nilai tukar rupiah mulai stabil karena menghindari risiko kerugian kurs selama mata uang garuda dalam posisi downtrend.
“Seperti saat ini, nilai investasi investor asing jika dikonversi ke USD akan turun. Selain itu tampaknya sebagian investor ada yang convert juga portfolio mereka dari saham ke cryptocurrency,” kata dia.