Bisnis.com, Jakarta — PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) masih berusaha merekonstruksi bisnis setelah mengalami perubahan pengendalian dan sebagai upaya mengatasi dampak pandemi Covid-19.
Setelah resmi menyandang nama baru pasca pengumuman pada 23 Februari 2021, KB Bukopin terus melakukan pembenahan dan inovasi untuk mencapai target besar di 2025.
Emiten berkode saham BBKP itu juga terus mendapat dukungan dari pemegang saham pengendali (PSP) KB Kookmin Bank dan ultimate shareholder KB Financial Group.
Presiden Direktur Utama Bank KB Bukopin Rivan Purwantono mengatakan momen krisis pada 2020 merupakan momentum tepat bagi KB Bukopin untuk melakukan transformasi secara total.
“KB Bukopin sedang melakukan penyesuaian strategi pasca KB Kookmin Bank resmi menjadi PSP dengan kepemilikan mayoritas 67 persen pada September 2020. Perbaikan kami lakukan di seluruh lini, seluruh manajemen dan karyawan terlibat dan memegang peranan penting dalam transformasi,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (30/4/2021).
Rivan menjelaskan bahwa transformasi masih membutuhkan waktu dan belum sepenuhnya tecermin dalam laporan keuangan audit Desember 2020 dan interim Maret 2021 yang dirilis pada Jumat (30/4/2021).
Baca Juga
Dia menuturkan penurunan aset dan koreksi pada kinerja, selain dampak dari pandemi, juga disebabkan krisis infodemi atau banyaknya hoax dan pemberitaan negatif yang terjadi mulai Maret 2020. Momentum itu hampir bersamaan dengan masuknya Covid-19 di Indonesia.
”Ini adalah titik terendah bagi kami, begitu banyak hantaman yang kami hadapi. Memasuki 2021, kondisi ini sudah membaik dan transformasi yang dilakukan sudah on track dan sesuai dengan business plan yang telah dirancang hingga 2025,” imbuhnya.
Terkait kinerja keuangan, Rivan mengungkapkan perlambatan bisnis di KB Bukopin tidak dapat dihindari karena terdampak pandemi Covid-19. Restrukturisasi kredit tercatat mencapai Rp24 triliun atau sekitar 30 persen dari total kredit yang disalurkan bank.
Di tengah kondisi penuh kehati-hatian, BBKP memilih fokus kepada perbaikan aset exisiting dan sangat selektif dalam penyaluran kredit. Kondisi itu berdampak pada total aset 19 persen secara tahunan.
Dari sisi profitabilitas, KB Bukopin melanjutkan komitmen mitigasi risiko kredit sehingga pembentukan CKPN ditingkatkan hingga mencapai Rp4,7 triliun atau naik 175 persen dari Desember 2019.
BBKP mengklaim telah mencapai beberapa perbaikan dan pemulihan lebih lanjut pada 2021. Salah satunya peningkatan simpanan nasabah dengan biaya dana lebih rendah sementara BOPO turun secara year to date (ytd).
Kenaikan dana pihak ketiga didominasi dengan sentimen positif dari lini Korean Desk yang mencapai Rp2,4 triliun pada Maret 2021 dan ditargetkan terus tumbuh untuk memperkaya nasabah perseroan.
Terkait kesiapan digital banking, BBKP tengah mematangkan strategi jangka pendek seperti integrasi aplikasi Wokee dengan tabungan Siaga, pengaktifan QR code, simplifikasi proses KYC, cardless withdrawal, dan lain-lain.
Selanjutnya, transformasi digital untuk jangka panjang dilanjutkan hingga KB Bukopin memiliki sistem yang canggih dan cepat seperti halnya KB Kookmin Bank, yang sistem teknologi informasinya dikembangkan sendiri dan akan diadaptasi oleh perseroan.
“Transformasi total ini terus berlanjut dengan dilakukan bersama manajemen dan karyawan KB Bukopin dan kami terus melakukan inovasi untuk percepatan perbaikan kinerja. Dengan semangat ini, kami percaya kami bisa menjadi bintang finansial Indonesia,” jelasnya.