Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mencetak penurunan terbesar dalam seminggu terakhir setelah rilis data klaim pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan.
Penurunan klaim pengangguran yang dipicu oleh pemulihan pasar kerja AS meredupkan permintaan aset safe haven ini. Setelah mencetak rekor kenaikan pada tahun lalu, emas mulai kehilangan momentumnya di tengah penguatan nilai tukar dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah.
Investor saat ini masih fokus pada proyeksi ekonomi ke depan seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury yang menekan permintaan akan emas.
"Klaim asuransi pengangguran merupakan angka terendah yang pernah kita lihat sejak pandemi," ujar Senior Ahli Pasar di RJO Futures. "Pasar tidak berekspektasi itu," tambahnya.
Namun, kenaikan pembelian baru dari India dan China dapat memberikan angin segar untuk logam mulia di masa depan. Impor emas India dari Swiss melonjak ke level tertinggi dalam hampir delapan tahun pada bulan Maret karena pembeli perhiasan oleh konsumen yang memanfaatkan penurunan harga selama musim pernikahan yang sedang berlangsung.
"Angka-angka terbaru ini jelas menunjukkan tingkat permintaan yang terpendam di negara ini setelah ledakan pada tahun 2020," tulis Rhona O'Connell, seorang analis di StoneX, dalam sebuah catatan.
Baca Juga
Namun, di tengah optimisme tersebut, India harus menghadapi ledakan jumlah kasus pasien Covid-19 yang luar biasa. "Yang pasti, kebangkitan pasar emas India sekarang menguap akibat penyebaran virus Covid yang cepat," tambahnya.
Di sisi lain, China juga meningkatkan pengiriman dari pusat penyulingan emas utama Eropa. Impor dari Swiss naik hampir empat kali lipat ke level tertinggi tujuh bulan menyusul dimulainya kembali pembelian di bulan Februari.
Bank sentral China menyetujui impor sekitar 75 ton sebulan untuk memenuhi konsumsi domestik, menurut sumber dekat yang enggan dikutip namanya oleh Bloomberg.
Harga spot emas turun sebanyak 0,8 persen menjadi US$1.779.46 per ounce, terdalam sejak 12 April, dan diperdagangkan pada US$1.785,32 pada pukul 10:33 waktu New York, Rabu (22/4/2021).
Perak dan platinum ikut terjerembap, sementara Bloomberg Dollar Spot naik 0,2 persen. Harga spot paladium jatuh 1 persen, setelah menyentuh rekor tertinggi sebesar USS$2.859,96 per ounce karena rebound ekonomi yang mengiring ekspektasi kenaikan permintaan kendaraan di tengah defisit pasokan.