Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Kekhawatiran Lonjakan Covid-19, Indeks Nikkei 225 Semakin Jauhi Level 30.000

Indeks semakin menjauhi level 30.000 sekarang setelah memperpanjang penurunan dua hari menjadi 4 persen pada perdagangan kemarin. Sejak mencapai level tertinggi 30 tahun pada Februari, indeks telah melemah hingga 6 persen.
Bursa Jepang Topix/Reuters
Bursa Jepang Topix/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Euforia reli indeks Nikkei 225 ke level tertinggi dalam tiga tiga dekade terakhir awal tahun ini mulai memudar dengan cepat di tengah leonjakan kasus virus corona di Jepang.

Indeks semakin menjauhi level 30.000 sekarang setelah memperpanjang penurunan dua hari menjadi 4 persen pada perdagangan Rabu (21/4/2021). Sejak mencapai level tertinggi 30 tahun pada Februari, indeks telah melemah hingga 6 persen.

Mimpi investor awal tahun ini bahwa pasar saham Jepang akhirnya dapat mencapai level tertinggi sepanjang harus kembali ditahan.

Dilansir dari Bloomberg, aksi jual dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh sejumlah faktor. Pemerintah Jepang kemungkinan akan mengumumkan keadaan darurat baru di tengah lonjakan kasus virus corona, sementara negara tersebut tertinggal dari negara lainnya dalam hal distribusi vaksin.

Turut menjadi penekan indeks, Bank of Japan menghentikan pembelian reksa dana yang diperdagangkan di bursa atau exchange-traded fund (ETF) dan sejumlah investor mulai keluar dari value stock.

Analis pasar Sumitomo Mitsui Trust Bank Ltd. Ayako Sera mengatakan ekonomi perlu memulihkan aktivitas ke level pra-pandemi agar pasar saham dapat menyentuh level tertinggi baru.

“Ini akan memakan waktu lebih dari satu tahun, bahkan lebih dari satu setengah atau dua tahun [untuk pulih],” ujar Ayako, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (22/4/2021).

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga berencana untuk memutuskan apakah akan mengumumkan keadaan darurat di Tokyo, Osaka dan daerah lain dalam beberapa hari ke depan.

Hal ini dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk menahan lonjakan kasus virus corona menjelang dimulainya Olimpiade 2021 di Tokyo dalam tiga bulan ke depan.

Pejabat eksekutif senior Ichiyoshi Asset Managemetn Mitsushige Akino mengatakan terus memaksakan pelaksanaan Olimpiade dapat meninggalkan kesan negatif pada ekuitas Jepang bagi investor asing.

“Pemerintah sepertinya tidak akan membatalkan Olimpiade dalam waktu dekat. Tetapi jika mereka memutuskan untuk tetap melanjutkan Olimpiade bahkan ketika keadaan tidak mendukung, asing akan memandang Jepang sebagai negara yang tidak mampu menghadapi situasi darurat," ujar Akino.

Bagi kepala strategi ekuitas Asia Societe Generale Frank Benzimra, kinerja buruk saham Jepang baru-baru ini lebih berkaitan dengan "jeda" dalam perdagangan value stock daripada karena pandemi.

Investor asing, yang diharapkan mengembalikan minat mereka pada ekuitas Jepang setelah bertahun-tahun melakukan aksi jual, belum menunjukkan permintaan yang signifikan.

Japan Exchange Group mencatat, meskipun net buy asing mencapai sekitar 1,7 triliun yen (US$15,7 miliar) di pasar tunai tahun ini hingga 9 April, mereka telah melepas sekitar 1,6 triliun yen di bursa berjangka selama periode yang sama.

Koreksi Sementara

Absennya Bank of Japan (BOJ) dari pasar ETF pada hari Selasa juga turut menekan indeks. Ini adalah pertama kalinya sejak setidaknya 2016 bank sentral tidak membeli ETF, bahkan setelah indeks Topix anjlok 1,2 persen. Pada bulan Maret, BOJ membatalkan target pembelian tahunannya demi pendekatan yang lebih fleksibel.

"Pasar menganggap ini sebagai pemangkasan pelonggaran moneter," kata Tomo Kinoshita, analis pasar global di Invesco Asset Management.

Setelah indeks jatuh lebih dalam hingga 2,2 persen pada hari Rabu, BOJ akhirnya melakukan langkah untuk membeli ETF senilai 70,1 miliar yen.

Meskipun demikian, banyak yang tidak melihat penurunan minggu ini sebagai tanda pembalikan tren kenaikan bursa saham Jepang.

“Koreksi kemungkinan akan bersifat sementara. Ceritanya akan sedikit berbeda jika saham AS juga jatuh, tapi sebaliknya saya memperkirakan saham Jepang diperdagangkan sideways untuk sementara waktu,” pungkas Kinoshita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper