Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) memasang skenario paling optimis pada kuartal III/2021 pemulihan permintaan penerbangan dapat meningkat.
Komisaris Garuda Indonesia Yenny Wahid menyampaikan pada kuartal III/2021 akan terlihat pemulihan tingkat permintaan secara bertahap kendati memang belum kembali pada kondisi normal sebelum pandemi Covid-19.
Perseroan juga bekerja keras agar secara jangka pendek bisa memperbaiki kinerja keuangan. Fokusnya adalah menyelesaikan restrukturisasi dan renegosiasi.
Emiten berkode saham GIAA bahkan menargetkan dapat menetralkan pendapatan sebelum dikurangi dengan nilai depresiasi dan amortisasi (EBITDA) yang selama ini masih negatif.
“Paling optimis kuartal III/2021 bisa pulih itu semua dengan vaksin, kemudian juga masyarakat yang sudah jenuh di rumah, mau traveling. Harapannya kuartal III/2021 udah mulai ada peningkatan [permintaan]. Tapi kalau back to normal masih agak berat. Paling pesimis dua sampai tiga tahun lagi ke depan,” ujarnya, Selasa (20/4/2021).
Dia juga menilai saat ini masyarakat dapat memilik opsi yang lebih leluasa dalam menggunakan alat uji skrining Covid-19. Selain Swab dan Rapid Antigen, terdapat GeNose yang dirasanya cukup bisa memangkas hambatan psikologis dan finansial masyarakat untuk terbang.
Baca Juga
Menurutnya salah satu hambatan terbang bagi masyarakat saat ini karena harus mengeluarkan beban biaya kembali untuk Swab dan Rapid Antigen.
Garuda Indonesia pun menempuh langkah efisiensi dan perampingan struktur biaya secara berkelanjutan sembari mengeksplorasi sumber pendapatan baru menghadapi landainya jumlah penumpang pada kuartal awal tahun ini.
Yenny mengatakan guna menekan beban pengeluaran, sejauh ini proses renegosiasi tarif sewa pesawat dengan belasan lessor sudah menunjukkan hasil.
Dari negosiasi, dia mengkalkulasikan Garuda bisa menghemat penguaran hingga US$15 juta. Namun, angka tersebut, sebutnya, masih belum optimal dan ditargetkan lebih besar lagi.
Terlebih, maskapai pelat merah tersebut memiliki landasan yang kuat untuk bernegosiasi dengan adanya indikasi kasus korupsi yang terjadi pada masa lalu. GIAA kaan mendorong keterlibatan Kejaksaan Agung, KPK dan sebagainya untuk bisa mengusut kasus tersebut.
"Kabar baiknya ada belasan lessor telah menurunkan tarif sewanya per bulan. Jadi fokus kami tetap di negosiasi, efisiensi dan penghematan di dalam peusahaan sendiri. Tidak membuka rekruitmen karyawan baru. Hingga restrukturisasi finansial, utang untuk memberikan nafas," ujarnya.
Menurutnya sejumlah perampingan yang telah dilakukan tersebut harus diikuti dengan sumber pendapatan baru yang dulunya hanya prioritas kedua, sekarang menjadi prioritas utama.
"Kami juga meningkatkan bundling kerja sama dengan hotel, menarik minat masyarakat dengan promosi, travel dan sebagainya. Bahkan internal Garuda semuanya didukung untuk bisa menjual tiket. Selain tentunya mengharapkan pendanaan dari pemerintah untuk bisa dicairkan," imbuhnya.