Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Big Caps Masih Diskon, Analis: Menarik Buat Dikoleksi

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sebanyak 4 dari 10 saham big caps mencetak koreksi sepanjang tahun berjalan 2021 sehingga bertengger di jajaran top laggards indeks harga saham gabungan (IHSG).
Karyawan memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman
Karyawan memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/3/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia atau big caps masih menarik untuk dikoleksi oleh investor, meskipun secara year to date kinerja saham masih variatif.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sebanyak 4 dari 10 saham big caps mencetak koreksi sepanjang tahun berjalan 2021 sehingga bertengger di jajaran top laggards indeks harga saham gabungan (IHSG).

Koreksi terdalam dialami PT Astra International Tbk. (ASII) yang melemah hingga 11,6 persen, diikuti saham PT Unilever Indonesia (UNVR) yang turun 11,2 persen, dan saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) melemah 10,2 persen.

Bahkan, emiten dengan kapitalisasi pasar terjumbo PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih terkoreksi 7,6 persen sepanjang tahun berjalan 2021.

Namun, sebanyak 5 dari 10 saham big caps berhasil mencatatkan kinerja saham positif dipimpin oleh PT Bank Jago Tbk. (ARTO) yang naik 133,72 persen dan diikuti oleh saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yang menguat 77,14 persen.

Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan bahwa koreksi saham yang terjadi terhadap saham big caps seiring dengan fenomena aksi jual asing di emerging market akibat kenaikan imbal hasil obligasi AS.

“Ketika investor asing ke luar, memang saham-saham big caps yang jadi incaran karena mereka proxy terdekat IHSG dan juga memiliki likuiditas sangat tinggi,” ujar Anugerah kepada Bisnis, Rabu (7/4/2021).

Namun, dia meyakini ketika fenomena kenaikan imbal hasil obligasi AS mereda, pasar akan kembali fokus terhadap fundamental emiten, pemulihan ekonomi, dan progres vaksinasi Covid-19.

Dengan demikian, saham big caps dapat segera dilirik lagi oleh investor terutama saham yang masuk ke dalam industry cyclical karena diekspektasi dapat mencetak kinerja impresif di tengah potensi pemulihan ekonomi.

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan bahwa penurunan kinerja saham big caps tersebut mencerminkan kontraksi yang terjadi terhadap kinerja keuangannya pada 2020.

Dari 9 emiten big caps yang telah melaporkan kinerja keuangan 2020, sebanyak enam di antaranya mengalami penurunan laba bersih. Adapun, penurunan laba terdalam dialami oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang mengalami koreksi laba 45,73 persen secara year on year (yoy). 

“Beberapa saham big caps mencatatkan penurunan kinerja pada 2020 yang membuat pembagian dividennya juga menurun sehingga membuat investor wait and see untuk koleksi sahamnya,” ujar Chris kepada Bisnis, Rabu (7/4/2021).

Di sisi lain, Chris melihat adanya potensi pemulihan ekonomi sehingga diharapkan kinerja emiten dapat meningkat, pulih dari tekanan tahun sebelumnya akibat pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, dia menilai saat ini merupakan waktu yang cukup menarik untuk mengoleksi saham big caps mengingat sejumlah saham masih berada di harga yang rendah.

Dia merekomendasikan buy on weakness untuk BBCA, ASII, dan HMSP karena secara fundamental saham itu cenderung murah dan menarik.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper