Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hanya Rp14,59 Triliun, Penawaran Masuk Lelang Sukuk Negara Kembali Turun

Penawaran masuk untuk keenam seri tersebut mencapai Rp14,59 triliun. Jumlah tersebut kembali turun dibandingkan penawaran masuk pada lelang sukuk sebelumnya yang mencapai Rp17,16 triliun.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah penawaran masuk pada lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara pada hari ini, Selasa (6/4/2021) kembali mengalami penurunan.

Berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan pemerintah telah melaksanakan lelang sukuk negara untuk ketujuh kalinya tahun ini.

Ada 1 seri surat perbendaharaan negara syariah (SPN-S) dan 5 seri project based sukuk (PBS) yang ditawarkan yakni SPN-S 07102021, PBS027 (reopening), PBS017 (reopening), PBS029 (reopening), PBS004 (reopening), dan PBS028 (reopening).

Hasilnya, jumlah penawaran masuk untuk keenam seri tersebut mencapai Rp14,59 triliun. Jumlah tersebut kembali turun dibandingkan penawaran masuk pada lelang sukuk sebelumnya yang mencapai Rp17,16 triliun.

Jumlah penawaran masuk pada lelang sukuk negara sepanjang tahun ini terus menunjukkan tren menurun.

Pada lelang sukuk perdana yang diadakan pada 12 Januari 2021, pemerintah berhasil menghimpun penawaran sebesar Rp24,27 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan sebanyak Rp11,3 triliun.

Jumlah penawaran kemudian mengalami penurunan pada lelang edisi 26 Januari 2021. Kala itu, pemerintah mengumpulkan penawaran sebanyak Rp23,341 triliun dan menyerap Rp9 triliun diantaranya.

Selanjutnya pada lelang 9 Februari lalu, jumlah penawaran yang masuk mengalami perbaikan setelah pemerintah menghimpun Rp26,1 triliun. Dari angka tersebut, pemerintah memenangkan sebanyak Rp12 triliun.

Hasil lelang berikutnya, 23 Februari 2021, kemudian kembali mengalami penurunan setelah mengumpulkan penawaran sebanyak Rp24,23 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah memutuskan untuk menyerap dana sebesar Rp4,99 triliun.

Sementara pada lelang 9 Maret lalu, pemerintah mencatatkan hasil penawaran masuk Rp17,975 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah menyerap sebesar Rp4,495 triliun. Jumlah penawaran yang masuk pada lelang berikutnya, 23 Maret 2021, kembali turun yakni hanya Rp17,64 triliun yang kemudian diserap pemerintah Rp6,39 triliun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan pada dasarnya tren penurunan minat pada lelang sukuk negara terjadi juga pada lelang surat utang negara (SUN).

Pasalnya, beberapa pekan terakhir pasar obligasi Indonesia kian tertekan seiring dengan tren peningkatan imbal hasil atau yield yang dipicu kenaikan yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun atau alias US Treasury.

“Jadi memang kita sedang tertekan karena ada stimulus di AS yang bikin US Treasury itu naik, makanya investor cenderung berpaling ke sana,” tutur Ramdhan belum lama ini.

Lebih lanjut Ramdhan mengatakan sentimen eksternal tersebut yang menjadi pemberat utama pasar obligasi Indonesia, sebab secara fundamental kondisi Indonesia cenderung positif dan menarik bagi investor.

Menurutnya, saat ini rata-rata imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi Indonesia, baik sukuk negara maupun SUN konvensional masih sangat kompetitif dibanding negara berkembang lain, apalagi di tengah tren suku bunga rendah.

“Lelang sepi bukan karena pasar kita nggak bagus. Obligasi kita sangat menarik, secara fundamental juga baik, hanya saja sekarang US Treasury itu sedang diburu karena ada potensi gain investor di sana, apalagi pasar AS juga lebih likuid,” tuturnya lagi.

Ramdhan mengatakan, jika yield US Treasuty telah mencapai titik ekuilibrium baru, maka tren kenaikan yield dan euforia investor terhadap obligasi Negeri Paman Sam akan perlahan mereda dan investor kembali ke negara berkembang sehingga lelang kembali ramai.

“Sekarang sudah naik tinggi sekali, jadi harusnya nggak lama lagi ya dia mencapai titik baru itu. Bisa kita harapkan lah di kuartal II ini akan mulai ramai lagi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper