Bisnis.com, JAKARTA - Emiten jasa alat teknologi PT Yelooo Integra Datanet Tbk. berencana melakukan Penambahan Modal lewat Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) membidik dana hampir Rp100 miliar.
Seiring dengan aksi korporasi itu, emiten dengan kode saham YELO ini juga akan melakukan pemecahan nilai harga saham atau stock split. Kedua rencana tersebut akan diajukan kepada para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan dilaksanakan pada 30 Maret 2021.
Direktur Utama Yeloo Integra Wewy Suwanto memaparkan stock split dilakukan perseroan agar kepemilikan saham publik tidak berkurang setelah HMETD atau rights issue.
“Tujuannya agar jumlah saham yang dimiliki masyarakat ini tidak berkurang. Ini tujuan dari stock split itu, sudah kami komunikasikan ke bursa,” kata Wewy dalam Paparan Publik Insidentil, Selasa (2/3/2021).
Sejauh ini, Wewy menyebut pihaknya belum menerima keputusan final dari Bursa Efek Indonesia terkait persetujuan stock split. Apabila bursa mengizinkan, YELO akan mengeksekusi stock split secepatnya setelah RUPSLB selesai atau pada April—Mei 2021.
Pada akhir perdagangan Selasa (2/3/2021), saham YELO tercatat turun 6,11 persen menjadi Rp123 per saham. Namun, sejak pekan lalu sebenarnya saham YELO melonjak 146 persen dari level Rp50 per saham setelah perseroan mengumumkan rencana rights issue.
Wewy menyebutkan perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,99 miliar saham dalam HMETD dengan nilai nominal Rp50. Jumlah itu setara 262 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Apabila menggunakan harga yang disebut Wewy senilai Rp50 per saham, YELO berpotensi mengantongi dana hingga Rp99,5 miliar.
Adapun, aksi korporasi itu telah memiliki pembeli siaga. Pertama, PT Artalindo Semesta Nusantara (ASN) akan mengambil bagian sebesar 1,39 miliar saham.
Kedua, Roby Tan akan bertindak sebagai pembeli saham siaga dari sisa saham yang tidak diambil masyarakat. Robby juga dikenal sebagai pendiri PT Kioson Komersial Indonesia Tbk. (KIOS).
Rencananya dana senilai Rp97,5 miliar akan digunakan untuk mengambil alih saham PT Abdi Harapan Unggul sebanyak 975.000 saham dengan nilai nominal Rp100.000 per saham. Porsi saham itu setara dengan 97,99 persen dari total kepemilikan saham PT Abdi Harapan Unggul.
Setelah proses inbreng untuk akuisisi PT Abdi Harapan Unggul itu selesai, Wewy menunjukkan dampak positifnya kaan signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha YELO baik dalam jangka pendek maupun panjang.
“Setelah situasi normal kembali, maka bisnis perseroan akan semakin besar dengan menggabungkan penjualan data dalam dan luar negeri,” kata Wewy.
PT Yelooo Integra Datanet Tbk. memiliki bisnis di bidang usaha jasa, perdagangan, pariwisata, dan transportasi dengan mengusung tema “Digital Tourist Pass”. YELO menyediakan platform digital yang memberikan layanan sewa perangkat konektivitas kepada masyarakat Indonesia yang ingin melakukan perjalanan keluar negeri.
Berdasarkan laporan YELO per 2020, perseroan membukukan pendapatan bersih senilai Rp2,3 miliar atau anjlok 93,9 persen dari tahun sebelumnya dari Rp37,5 miliar. Wewy menyebut kontraksi pendapatan ini seiring dengan larangan dan pembatasan perjalanan orang ke luar negeri akibat pandemi.
YELO pun membukukan rugi bersih senilai Rp40,2 miliar atau kontras dari laba yang dicatakan pada 2019 senilai Rp1,3 miliar.