Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Hasil Treasury AS Melambung, Wall Street Keok

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1,75 persen, sedangkan indeks S&P 500 anjlok 2,45 persen dan Nasdaq Composite merosot 3,52 persen.
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham teknologi mendorong pelemahan bursa saham Amerika Serikat  di tengah lonjakan imbal hasil obligasi Treasury AS ke level tertinggi 1 tahun pada Kamis (25/2/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1,75 persen, sedangkan indeks S&P 500 anjlok 2,45 persen dan Nasdaq Composite merosot 3,52 persen.

Investor kini mulai meninggalkan saham yang melonjak signifikan di masa pandemi. Mereka beralih ke saham-saham yang dengan kapitalisasi pasar yang lebih kecil dengan ekspektasi kenaikan di masa mendatang.

Saham yang populer di kalangan day trader atau pedagang jangka pendek kembali melonjak. Saham GameStop Corp. sempat naik dua kali lipat sebelum ditutup menguat 19 persen.

Laporan kinerja emiten cukup beragam. Saham Airbnb Inc. naik sekitar 4 persen pada akhir perdagangan setelah melaporkan penjualan yang melampaui perkiraan. Sementara itu, DoorDash Inc. turun sekitar 14 persen setelah mencatatkan kerugian lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Adapun saham Beyond Meat Inc. menguat sekitar 7 persen setelah mengumumkan kemitraan dengan McDonald's.

Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun melonjak setelah meningkatnya permintaan pada lelang obligasi pemerintah. Imbal hasil melonjak sebanyak 23 basis poin menjadi 1,6 persen, tertinggi sejak Februari 2020.

Kenaikan tersebut memaksa sekelompok investor penting seperti pemegang sekuritas hipotek untuk menjual Treasury, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam imbal hasil.

Di seluruh pasar, investor bertaruh pada prospek yang lebih cerah untuk ekonomi global, dengan data klaim pengangguran AS yang terbaru mendukung ekspektasi tersebut.

Tetapi sejumlah pelaku pasar khawatir bahwa kebangkitan kembali pertumbuhan sudah diperhitungkan. Mereka memandang rendah risiko bahwa percepatan inflasi sudah dekat.

“Ini semua tentang suku bunga,” kata wakil presiden perdagangan dan derivatif Schwab Center for Financial Research. Tech Randy Frederick, seperti dikutip Bloomberg.

“saham teknologi relatif lebih unggul. Karena saham-saham tersebut sempat memimpin penguatan, kemungkinan juga akan memimpin pelemahan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper