Bisnis.com, JAKARTA - Setelah menjadi salah satu emiten batu bara yang berhasil mencetak laba bersih saat pandemi, PT Geliat Ekspansi, Harum Energy (HRUM) Pacu Diversifikasi ke Bisnis Nikel Tbk. meracik strategi ekspansi untuk memacu kinerja.
Direktur Utama Harum Energy Ray A. Gunara mengatakan bahwa perseroan menganggarkan capital expenditure (capex) sekitar US$7 juta dan menargetkan volume produksi batu bara 3-4 juta ton pada 2021.
Perseroan akan menggunakan capex tersebut untuk menambahkan properti dan prasarana pertambangan batu bara, pembelian alat berat, dan pemeliharaan kapal tunda dan tongkang.
“Namun, anggaran capex tersebut tidak termasuk untuk pengembangan tambang nikel, dan akan dikaji kembali pada akhir semester I/2021, dengan mempertimbangkan kondisi pasar di saat itu,” ujar Ray kepada Bisnis.
Untuk diketahui, emiten berkode saham HRUM itu melalui salah satu entitasnya, PT Tanito Harum Nickel, membeli 24.287 saham milik Aquila Nickel Pte. Ltd. dalam PT Position.
Jumlah itu setara 51 persen dari seluruh modal ditempatkan dalam PT Position dengan harga jual beli sebesar US$80,325 juta atau setara Rp1,12 triliun dengan asumsi kurs Jisdor Jumat (5/2/2021) Rp14.062 per dolar AS. Dana akuisisi itu akan berasal dari kantong internal perseroan.
Baca Juga
Adapun, PT Position adalah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, dan memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk komoditas nikel.
Hingga saat ini, perusahaan nikel itu masih belum berproduksi secara komersial. Oleh karena itu, perseroan akan menyiapkan rencana penambangan, termasuk membangun infrastruktur dan sarana produksi di area tambang.
Dengan demikian, perusahaan nikel itu dapat beroperasi sesuai dengan rencana produksi dan memberikan kontribusi.
“Kami sedang dalam proses penyusunan rencana penambangan [PT Position], sehingga jadwal produksinya masih belum dapat kami tentukan saat ini,” ujar Ray.
Terus Lirik Nikel
Ray menjelaskan bahwa akuisisi saham PT Position itu merupakan bagian dari strategi perseroan untuk mengembangkan dan mendiversifikasi kegiatan usaha.
Selama ini, kontributor utama pendapatan perseroan masih berasal dari bisnis pertambangan batu bara.
Hingga kuartal III/2020, HRUM membukukan pendapatan sebesar US$136,14 juta, turun 32,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019 sebesar US$200,28 juta.
Dari total itu, sebesar US$128,94 juta merupakan pendapatan segmen bisnis batu bara dan sebesar US$18,68 juta untuk pendapatan sewa dan jasa.
HRUM berhasil membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$25,73 juta, naik 60,41 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019 sebesar US$16,04 juta.
Pertumbuhan laba berhasil ditopang pos pendapatan lain lain senilai US$18,23 juta, sedangkan pada akhir September 2019 pos itu tercatat nol.
Dengan kinerja laba itu, mendorong HRUM menjadi salah satu yang terbaik di antara emiten batu bara lainnya. Pasalnya, pada periode itu mayoritas kinerja emiten sektor batu bara membukukan penurunan bottom line seiring dengan sentimen pandemi Covid-19.
Bahkan, sejumlah emiten batu bara justru berbalik rugi akibat sentimen itu.
Ray menilai komoditas nikel memiliki prospek jangka panjang yang baik, ditopang dengan tingkat konsumsi komoditas itu yang diproyeksikan akan terus bertumbuh di masa depan. Hal itu pun sejalan dengan prospek industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri.
Adapun, dalam setahun terakhir perseroan terus menunjukkan minatnya terhadap komoditas nikel.
HRUM terus menambahkan kepemilikan sahamnya di Nickel Mines Ltd, perusahaan tambang dan pengolahan nikel yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Australia, secara bertahap.
Nickel Mines memegang kepemilikan 80 persen terhadap PT Hengjaya Mineralindo, perusahaan yang melakukan eksplorasi nikel di daerah Sulawesi Tengah, tepatnya di kawasan Morowali.
Per 15 Desember 2020, emiten berkode saham HRUM itu menggenggam 4,88 persen dari seluruh modal ditempatkan dalan Nickel Mines Ltd setelah membeli 39 juta lembar saham senilai 36,74 juta dolar Australia.
Sebelumnya, pada 16 Juni 2020, Harum Energy juga membeli 10,55 juta lembar saham Nickel Mines seharga 5,27 juta dolar Australia.
Pada 2 Juni 2020, HRUM juga memborong 68,53 juta saham Nickel Mines Limited dengan harga jual beli sebesar 34,26 juta dolar Australia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (5/2/2021) HRUM parkir di level Rp5.975 per saham, menguat 0,84 persen. Sepanjang tahun berjalan 2021, HRUM telah naik 95,9 persen, sedangkan dalam 6 bulan terakhir HRUM melejit 354,37 persen.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, hanya 3 analis yang mengulas saham HRUM. Satu analis masih merekomendasikan beli. Sisanya, 1 analis merekomendasikan hold dan 1 analis lainnya merekomendasikan jual.
Adapun, target harga saham HRUM dalam 12 bulan menurut konsensus berada di level Rp2.700 atau memiliki potensi koreksi 54,8 persen.