Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Minus, Asing Lego Saham BMRI hingga INCO

Investor asing tampak melego saham BMRI, INCO, dan EXCL selepas BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi.
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/11/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/11/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp108,8 miliar pada awal perdagangan Jumat (5/2/2021). Investor asing berbondong keluar dari bursa saham seiring dengan pengumuman rilis data produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang mencatatkan kontraksi.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat 0,19 persen ke level ke level 6.1119,2. Hingga pukul 09.39 WIB. Meski demikian, aksi jual investor asing terpantau kian deras seiring dengan pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia yang -2,19 persen pada kuartal IV/2020.

Saham PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI) menjadi pemuncak daftar emiten yang berbondong-bondong dilego investor asing. Hingga 09.41 WIB, Saham BMRI mencatat net foreign sell sebesar 21,4 miliar.

Selanjutnya, emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) dijual investor sebanyak Rp9,6 miliar diikuti oleh PT Vale Indonesia TBk (INCO) yang mencatat net foreign sell Rp6,5 miliar.

Menyusul EXCL dan INCO adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan net foreign sell Rp5,7 miliar dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan total penjualan Rp2,6 miliar.

Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal IV/2020 minus 2,19 persen (year on year/yoy). Dengan demikian perekonomian Indonesia berada dalam fase resesi, Adapun secara kuartalan, ekonomi tumbuh sebesar minus 0,42 persen. Sepanjang 2020 secara kumulatif PDB Indonesia mengalami kontraksi minus 2,07 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan pertumbuhan triwulan keempat memang masih mengalami kontraksi 2,19 persen, tetapi jika dibandingkan kuartal sebelumnya, pertumbuhan ini menunjukkan perbaikan.

"Ada perbaikan meski belum sesuai harapan, oleh karena itu kita perlu melakukan evaluasi apa yang perlu diperkuat," ujar Suhariyanto, Jumat (5/2/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper