Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti PT Intiland Development Tbk. bakal melakukan penurunan utang dari posisi saat ini sekitar Rp5 triliun dalam jangka pendek. Salah satu caranya dengan divestasi aset.
Direktur Intiland Development Archied Noto Pradono mengatakan pihaknya akan menurunkan tingkat utang menjadi Rp2,5 triliun - Rp3 triliun dari level saat ini senilai Rp5 triliun.
Hal itu dilakukan dengan sejumlah strategi seperti menjual aset non-core milik perseroan, mempercepat penjualan aset inventori, dan menggenjot prapenjualan rumah tapak.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, DILD membukukan liabilitas jangka pendek senilai Rp4,51 triliun dan liabilitas jangka panjang senilai Rp5,38 triliun.
“Penjualan non-core sudah dimulai dari 2019. Ke depan, kami masih akan divestasi tujuannya mengurangi utang dan mungkin kami buat proyek yang lebih cepat diproses,” kata Archied, Sabtu (30/1/2021).
Adapun aset non-core mengacu kepada aset milik emiten dengan kode saham DILD tersebut yang tidak memiliki rencana pengembangan dalam 5 tahun ke depan.
Baca Juga
Pada 2019, DILD membukukan pendapatan dari transaksi penjualan aset non-core hingga Rp1,3 triliun. Dana tersebut digunakan untuk pembayaran utang dan penambahan modal kerja.
Namun, divestasi aset DILD terhenti pada 2020 karena pandemi Covid-19 turut memukul industri properti. Melihat prospek pemulihan ekonomi tahun ini, Archied optimistis penjualan aset non-core perseroan bisa dikebut lagi.
Archied mengungkapkan setidaknya masih ada aset non-core milik perseroan senilai Rp4 triliun - Rp5 triliun yang dapat didivestasikan.
Selain menjual aset non-core, DILD juga akan mempercepat penjualan inventori untuk memperkuat struktur keuangan. Saat ini, DILD memiliki inventori dengan nilai sekitar Rp2 triliun yang siap ditawarkan.
Salah satu inventori perseroan yaitu Apartemen Regatta yang tahun ini bakal dibeli dalam jumlah besar atau block sale. Archied menyebut transaksi itu apabila terealisasi memiliki nilai Rp650 miliar.
Di luar itu, DILD juga menyediakan penjualan lahan industri di Batang, Jawa Tengah.
“Selain prapenjualan proyek baru, di 2021 kita punya rencana penjualan rumah tapak, inventori di high rise, dan non-core. Kami punya target deleverage kira-kira bisa sampai Rp2 triliun,” tutur Archied.