Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tensi AS-China Memanas, Rupiah Berisiko Terimbas

Nilai tukar akan mengalami pelemahan pada perdagangan Selasa (26/1/2021). Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya tensi antara AS dan China setelah pengiriman kapal perang AS ke Laut China Selatan.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi melemah terbatas pada perdagangan Selasa (26/1/2021) akibat memanasnya tensi Amerika Serikat dan China yang membuat investor beralih ke aset aman dolar AS.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan nilai tukar rupiah akan mengalami pelemahan pada perdagangan Selasa (26/1/2021). Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya tensi antara AS dan China setelah pengiriman kapal perang AS ke Laut China Selatan.

Sementara itu, dari dalam negeri peningkatan kasus virus corona juga akan menekan nilai rupiah. Menurutnya, hal ini akan mempenagruhi sentimen negatif pada pasar keuangan domestik.

"Rupiah diproyeksikan melemah di kisaran Rp14.050 sampai Rp14.100," ujarnya kepada Bisnis, Senin (25/1/2021).

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (25/1/2021), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup berbalik menguat 0,09 persen atau 12 poin ke level Rp14.022 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,146 poin atau 0,16 persen ke level 90,092.

Yusuf menyampaikan sentimen positif penguatan nilai rupiah berasal dari kebijakan Bank Inodnesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan. Hal tersebut membuat imbal hasil pada instrumen keuangan seperti surat utang pemerintah masih cukup kompetitif.

"Kebijakan ini kemudian membuat investor tetap bertahan di Indonesia," ujarnya.

Di sisi lain, pasar keuangan di Asia juga kompak mengalami penguatan. Hal tersebut didorong oleh persepsi investor terkait pendistribusian vaksin virus corona akan menurunkan angka penularan global.

Lebih lanjut, prospek stimulus tambahan dari pemerintah AS untuk penanggulangan virus corona juga menggairahkan pelaku pasar global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper