Bisnis.com, JAKARTA - Kendati mengalami profit taking harga minyak mentah WTI berpotensi memanas menuju US$53 per barel seiring dengan pemangkasan produksi Arab Saudi.
Pada perdagangan Senin (11/1/2021) pukul 09.56 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2021 koreksi 0,23 poin atau 0,44 persen menjadi US$52,01 per barel.
Harga minyak Brent kontrak Maret 2021 turun 0,48 poin atau 0,86 persen ke level US$55,51 per barel.
Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan harga minyak mentah WTI berakhir naik US$1,78 di level US$52,69 pada hari Jumat. Kenaikan ini masih ditopang oleh janji Arab Saudi yang akan melakukan pemangkasan produksi minyak mentah secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari untuk periode Februari dan Maret.
Di sesi Asia ini, Senin (11/1/2021), harga minyak masih berpotensi dibeli menguji resistan US$53.00 selama harga bertahan di atas level support US$51.80.
"Sebaliknya, bila harga turun ke bawah level support tersebut, harga minyak berpotensi dijual menguji support selanjutnya $51.25. Potensi rentang harga di sesi Asia antara US$51.25 - US$53.00," papar Monex.
Baca Juga
Sementara itu, EVP Confluence Investment Management di St. Louis Bill O’Grady mengatakan komitmen Arab Saudi untuk memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari pada Februari dan Maret tahun ini membuat prospek pasokan mengetat lebih cepat dari yang diantisipasi.
Di sisi lain, prospek stimulus tambahan di bawah pemerintahan Presiden Terpilih Amerika Serikat Joe Biden mendorong kenaikan pasar yang lebih luas.
O’Grady menilai sikap Arab Saudi yang tiba-tiba memangkas produksi tampaknya telah mengejutkan beberapa pembeli Asia. Hal itu membuat permintaan minyak mentah AS untuk ekspor ke Asia meningkat pesat pekan ini.
Tercatat, perusahaan penyulingan minyak terbesar di China, Unipec, telah membeli kargo minyak mentah Laut Utara ke delapan dengan rentang yang ditetapkan oleh S&P Global Platts pekan lalu.
“Keputusan Saudi adalah masalah besar dan itu menjadi dasar penetapan harga. Yang jelas, saat ini mempertahankan harga minyak adalah yang terpenting dan mereka bersedia membiarkan orang lain mengambil keuntungan untuk mencapai itu,” kata O’Grady seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (10/1/2021)