Bisnis.com, JAKARTA - Manajer investasi Jepang tengah mengulur waktu untuk membeli surat utang AS, US Treasury. Para manajer menunggu imbal hasil US Treasury 10-tahun untuk naik lebih jauh setelah tembus ke level 1 persen minggu ini.
"Investor Jepang kemungkinan akan diminta untuk membeli lebih banyak Treasury ketika imbal hasil naik menjadi 1,3%," menurut Masahiko Loo, Manajer Portofolio Pendapatan Tetap di AllianceBernstein Jepang.
“Pembelian mungkin akan kembali naik setelah 10 tahun imbal hasil AS naik di atas 1%, tetapi mereka mengharapkan lebih banyak langkah fiskal [dari AS] untuk mendorong imbal hasil lebih tinggi," tambah Masahiko.
Meskipun Jepang adalah pemegang asing terbesar dari obligasi pemerintah AS, namun banyak investor yang menjual US Treasury dan membeli utang dengan imbal hasil lebih tinggi di Australia dan China tahun lalu.
Perdebatan tentang seberapa jauh imbal hasil Treasury dapat naik juga membagi Wall Street ke dalam dua kubu. Beberapa investor berharap imbal hasik naik tipis atau hanya beberapa basis poin, sementara yang lain menyerukan kenaikan agresif menjadi 2 persen.
“Daya tarik relatif dari obligasi AS tidak akan segera naik hanya karena imbal hasil 10-tahun dari US Treasury mencapai 1%,” kata Manajer Umum Departemen Pendapatan Tetap di Nissay Asset Management Corp Eiichiro Miura.
Baca Juga
“Ketika levelnya berubah menjadi 1,2 persen dan bergerak menuju 1,5 persen, ini akan memudahkan dana Jepang untuk beralih ke utang luar negeri yang dilindungi nilainya."
Setelah dikurangi biaya lindung nilai mata uang, obligasi Treasury 10 tahun akan menawarkan hasil sekitar 0,68 persen untuk investor Jepang. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan hampir 1 persen untuk obligasi Australia dengan tenor yang sama.
Obligasi Australia tetap menarik untuk dana Jepang, menurut Nissay Asset dan AllianceBernstein. "Pembelian dapat dipercepat jika pengembalian setelah lindung nilai melebihi 1 persen," kata Loo dari AllianceBernstein.