Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkait kebijakan pemerintah yang menerapkan pembatasan aktivitas masyarakat di sejumlah kota/kabupaten Pulau Jawa dan Bali pada 11—25 Januari 2020 diperkirakan hanya sementara.
Pada Rabu (6/1/2021), IHSG ditutup melemah 71,66 poin atau 1,17 persen ke level 6.065,68. Bahkan, indeks sempat kembali jebol ke bawah 6.000 di sesi II perdagangan setelah turun 2,36 persen.
Analis Indopresmier Sekuritas Mino mengatakan pengumuman pembatasan aktivitas masyarakat yang dimaknai sebagai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat di Jawa dan Bali selama periode 11—25 Januari menjadi faktor utama yang menyebabkan IHSG melemah.
Mino menuturkan, kebijakan tersebut dikhawatirkan dapat membuat ekonomi kembali melambat dan menghambat proses pemulihan ekonomi yang tengah terjadi. Pun, dia menyebut ini akan menjadi sentimen negatif jangka pendek bagi indeks.
“Semoga hanya sekali dan dampaknya minimal,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (6/1/2021)
Di sisi lain, dia mengatakan dari global ada sentimen positif yang dapat menahan koreksi indeks yakni potensi Partai Demokrat menguasai senat Amerika Serikat sehingga program Presiden AS terpilih, Joe Biden, bisa berjalan lancar.
Baca Juga
“Ini akan berdampak positif terhadap komoditas dan akan memberi sentimen baik juga ke pasar Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan IHSG kemarin telah mencapai resisten 6.150 dan kembali terkoreksi karena tekanan aksi panic selling akibat pengumuman PSBB ketat.
Namun, Hendriko menyatakan secara teknikal IHSG masih berada pada fase uptrend dengan berhasil bertahan pada support MA 20 nya di level 6017. Menurutnya selama masih dapat bertahan diatas 6.000 poin, IHSG masih memiliki potensi penguatan.
“Dengan level resisten yang harus ditembus adalah level 6150,” ujar dia.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan potensi penguatan IHSG terbuka pada perdagangan Kamis (7/1/2021) karena fokus investor akan beralih ke rilis cadangan devisa yang diperkirakan naik.
“Peluang penguatan indeks mulai besok itu sangat besar. Investor juga menantikan data cadev,” kata Nafan.
Secara teknikal, Nafan menjelaskan rasio fobonacci menunjukkan support maupun resistance berada pada 6.009,10 hingga 6.157,11.
Berdasarkan indikator, MACD masih menunjukkan sinyal positif meskipun telah menunjukkan pola dead cross. Sementara itu, Stochastic maupun RSI berada di area netral.
Meskipun demikian, pergerakan IHSG telah menguji beberapa garis MA 10 maupun MA 20 sehingga peluang terjadinya penguatan menuju ke level resistance terdekat masih terbuka lebar.
“Pelemahan ini hanya bersifat temporer karena ini panic selling terkait dengan kebijakan pemerintah untuk memberlakukan PSBB ketat di Jawa dan Bali. Jadi, investor tinggal beli di level support dan tunggu saja indeks naik lagi,” jelas Nafan.
Menurut Nafan, pergerakan IHSG masih mendapat katalis positif dari sentimen vaksinasi, pemilihan senat di Georgia AS yang berjalan kondusif, hingga indeks manufaktur yang mulai membaik di beberapa negara.
Namun, Nafan mengingatkan bahwa aksi jual dari investor asing mulai terjadi. Pada hari perdagangan Rabu (6/1/2021), investor asing membukukan net sell senilai Rp669,11 miliar.
Binaartha Sekuritas memperkirakan IHSG akan bergerak menguat ke level 6.009,10 — 6.157,11 pada perdagangan Kamis (7/1/2021) dengan saham pilihan a.l. ACES, ASII, ASRI, BBRI, BMRI, BNGA, CPIN, ICBP, SMGR, dan TKIM.