Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) memperpanjang tren kenaikan hingga berhasil menyentuh level tertinggi lebih dari 10 tahun terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (6/1/2021) hingga pukul 16.53 WIB harga CPO berjangka untuk kontrak teraktif di Bursa Malaysia berada di posisi 4.040 ringgit per ton, naik 1,87 persen atau 74 poin. Level tersebut merupakan level tertinggi CPO sejak 2008.
Sepanjang tahun berjalan 2020, harga CPO telah terapresiasi 3,83 persen. Adapun, penguatan itu masih mengikuti tren pergerakan yang terjadi sepanjang tahun lalu. Pada 2020, harga CPO menguat hingga 27,95 persen.
Kepala Strategi Perdagangan dan Lindung Nilai Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagarajan mengatakan bahwa penguatan harga minyak sawit itu berhasil didorong oleh kenaikan harga rekan minyak nabati lainnya, minyak kedelai, dan minyak bumi.
Dia menilai penguatan harga kedua jenis minyak itu telah meningkatkan daya tarik minyak sawit di tengah gangguan pasokan yang terjadi di Malaysia, produsen CPO terbesar kedua di dunia.
“Stok yang rendah, banjir di Malaysia, harga kedelai yang kuat, dan bahkan harga minyak mentah yang lebih kuat mendukung sentimen untuk kelapa sawit saat ini,” ujar Thiagarajan seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (6/1/2021).
Baca Juga
Untuk diketahui, komoditas kedelai dan turunannya terpantau melonjak ke level terkuat sejak 2014 di bursa Chicago akibat bencana kekeringan yang semakin memburuk di Amerika Selatan.Cuaca kering itu telah memanggang ladang agrikultur Argentina dan beberapa bagian Brasil sehingga memberikan sinyal akan adanya gangguan produksi kedelai.
Sekadar informasi, Brasil adalah penanam biji minyak kedelai terbesar di dunia dan Argentina berada di posisi ketiga. Selain itu, pasokan minyak bunga matahari yang menipis di pasar global juga telah menjadi katalis positif bagi harga CPO.
Di sisi lain, berdasarkan jajak pendapat Bloomberg, persediaan CPO Malaysia pada Desember 2020 diperkirakan terkontraksi hingga 24 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menjadi hanya sebesar 1,18 juta ton. Angka produksi itu merupakan posisi terendah sejak 2007.
Di tengah prospek pemulihan permintaan seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, gangguan pasokan akan menjadi katalis positif kuat untuk harga CPO bergerak naik. Apalagi, terjadi di produsen CPO terbesar kedua di dunia.