Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin menguat menjelang akhir sesi II perdagangan perdana 2021 seiring dengan masuknya dana investor asing.
Pada perdagangan Senin (4/1/2021) pukul 14.22 WIB, IHSG naik 1,78 persen atau 106,23 poin menjadi 6.085,2. Sepanjang hari ini, IHSG bergerak di rentang 5.929,05-6.086.89.
Investor asing terlihat cenderung melakukan aksi beli dengan net buy Rp273,03 miliar. Sejumlah saham yang menjadi incaran utama ialah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dengan net buy masing-masing Rp53,1 miliar, Rp45 miliar, dan Rp42,9 miliar.
Saham BBCA naik 1,18 persen menjadi Rp34.250, saham TLKM naik 4,53 persen menuju Rp3.460, dan saham BBNI meningkat 3,64 persen menuju Rp6.400. Saham big caps lainnya yang masuk daftar net buy tertinggi lainnya adalah ASII, BBRI, dan INCO.
Sementara itu, Indeks LQ45 juga ngebut dengan penguatan 2,24 persen menuju 955,84. Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menjadi top gainers dengan penguatan 11,11 persen menjadi Rp2.150.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan indeks harga saham gabungan atau IHSG berada di kisaran 6.800 hingga 7.000 pada akhir Desember 2021.
Baca Juga
Airlangga menjelaskan, hal itu seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021, baik global maupun Indonesia, yang lebih optimistis didorong oleh sentimen positif terkait vaksinasi Covid-19 yang telah mencapai 12 juta dosis per 3 Januari 2021 di seluruh dunia.
Adapun, pertumbuhan ekonomi global 2021 diperkirakan di kisaran 4,2 hingga 5,2 persen, sejalan dengan itu Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan Indonesia 2021 di posisi 4,4 persen. Sementara itu, pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 di kisaran 4,5-5 persen.
“Optimisme sudah terlihat di pasar modal sejalan dengan penurunan risiko ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga IHSG diprediksi di level 6.800-7.000 pada akhir Desember 2021,” ujar Airlangga saat membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia 2021, Senin (4/1/2020).
Proyeksi tersebut pun mengingat IHSG dalam beberapa perdagangan terakhir terus mencoba menembus level sebelum periode pandemi Covid-19. Pada 22 Desember 2020, IHSG sempat menyentuh level 6.165, tertinggi sejak Maret, meskipun gagal bertahan di level 6.000 pada akhir perdagangan 2020.
IHSG menutup perdagangan tahun lalu di level 5.979 dan tercatat terkoreksi 5,09 persen sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2020 mengalami inflasi sebesar 0,45 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan bahwa inflasi pada Desember ini membuat laju IHK sepanjang tahun kalender (year to date/ytd) dan tahunan mengalami inflasi sebesar 1,68 persen.
"Inflasi Desember banyak dipengaruhi oleh harga komoditas cabai merah, telor ayam ras, cabai rawit, dan tarif angkutan udara," katanya melalui konferensi pers secara virtual, Senin (4/1/2021).
Presiden Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan indeks bergerak dalam zona hijau pada perdagangan perdana 2021. Jika resisten level terdekat dapat ditembus, maka indeks berpeluang mengalami kenaikan jangka pendek.
“Jelang rilis data perekonomian tentang tingkat inflasi akan turut memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG,” ungkap William.