Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengingatkan investor untuk mewaspadai laju saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) yang sudah naik terlalu tinggi melampaui fundamentalnya.
Edwin menyampaikan cukup menarik membahas saham Garuda Indonesia (GIAA) karena membuat cukup banyak investor terkesima, terheran-heran melihat kenaikan tajam saham tersebut dimana selama 6 bulan naik sebesar 81,6 persen bahkan selama 3 bulan naik tajam 77,34 persen di tengah masa pandemi Covid-19.
"Dampaknya mulai banyak investor over confidence alias lupa diri atas kinerja keuangan saham GIAA dan berpikiran saham GIAA akan terus menerus terbang hingga langit ke tujuh," paparnya, Senin (14/12/2020).
Edwin pun mempertanyakan benarkah kinerja keuangan GIAA sebegitu hebatnya seiring kenaikan tajam sahamnya ataukah hanya kepiawaian invisible hand memanfaatkan sentimen dana PEN. Nantinya, invisible hand itu untuk mendistribusikan atau membukukan net sell posisi saham mereka, sehingga GIAA berbalik jatuh.
Dari sisi fundamental, sambung Edwin, hingga kini GIAA belum menyampaikan laporan keuangan kuartal III/2020 padahal sebentar lagi tahun 2020 akan berakhir berganti menjadi tahun 2021. Pertanyaan sederhana mengapa GIAA telat menyampaikan laporan keuangan, padahal laporan itu merupakan unsur penting untuk menilai sehat-tidaknya suatu perusahaan.
Jika menilik laporan keuangan kuartal II/2020 GIAA membukukan ekuitas yang negatif sebesar -US$88.12 juta (atau setara -Rp1,23 triliun dengan asumsi 1 US$ = Rp 14000).
Baca Juga
"Pertanyaannya apakah layak suatu perusahaan masih beroperasional dengan ekuitas defisit sebesar itu,? imbuh Edwin.
Hingga kuartal II/2020 GIAA membukukan rugi yang sangat besar jumlahnya mencapai -US$712,73 juta (setara -Rp9,978 triliun). Mungkin jika GIAA perusahaan swasta mengalami kerugian sebesar itu pastinya sudah "megap-megap" menghadapi kehidupan.
Namun, berhubung GIAA emiten BUMN sehingga tetap bisa survive karena bail-out pemerintah dengan penempatan dana PEN sebesar Rp8,5 triliun.
Pertanyaan sederhana, sampai kapan pemerintah akan mem-bail-out GIAA. Dengan dana sebesar itu tentunya lebih bermanfaat untuk keperluan lain seperti untuk pendidikan, membangun daerah tertinggal atau membangun jalan, bendungan atau sarana infrastruktur lainnya.
Tidak berhenti disitu saja, coba tengok besaran DER GIAA yang maha dasyat mencapai -11765,83 persen atau mencapai 117,65 kali. Tentunya dibutuhkan berapa tahun serta berapa banyak jumlah penumpang dan barang yang diangkut untuk menghasilkan pendapatan super besar, sehingga nantinya mempunyai EBIT bisa menutup cicilan pokok dan bunga setiap tahunnya.
"Mengetahui secara sederhana kondisi riil keuangan GIAA seperti itu, masihkah investor berani masuk membeli saham GIAA? Terlebih jika invisible hand menghilang nantinya seiring sirnanya sentimen dana PEN," tutup Edwin.
Berdasarkan catatan Bisnis, euforia para pemegang saham Garuda Indonesia memang tidak terbendung setelah mendapat restu rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) atau mandatory convertible bond (MCB) pada akhir November 2020.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham GIAA sudah menguat 18,52 persen dalam sebulan terakhir ke level Rp448 pada akhir sesi Senin (7/12/2020).
Garuda Indonesia akan menerbitkan OWK dengan nilai maksimum Rp8,5 triliun. Adapun, pencairan MCB akan dilakukan melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) selaku pelaksana investasi pemerintah.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan harapan agar dana PEN dapat cair dalam waktu dekat. Pihaknya berharap proses itu dapat selesai sebelum akhir tahun.
Dana yang diperoleh dari penerbitan OWK, lanjut dia, akan dipergunakan untuk mendukung likuiditas dan solvabilitas. Selain itu, suntikan investasi pemerintah akan digunakan untuk pembiayaan operasional perseroan.
"Dengan disetujuinya penerbitan OWK tersebut tentunya kami optimis dapat semakin mendukung upaya penguatan likuiditas dan perbaikan posisi keuangan perseroan guna menunjang keberlangsungan usaha di masa yang akan datang,” imbuhnya.