Bisnis.com, JAKARTA—Keputusan pemerintah menghapus cuti bersama akhir tahun ternyata tidak menyurutkan minat masyarakat untuk bepergian. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) mengaku penerbangan ke destinasi tertentu tetap penuh dipesan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan secara historis libur akhir tahun biasanya menjadi peak season penerbangan Garuda, khususnya ke luar negeri. Namun kondisi tersebut agak berbeda tahun ini seiring dengan pandemi.
Irfan mengatakan tahun ini masyarakat kesulitan untuk ke luar negeri karena pembatasan perjalanan. Di sisi lain, pemerintah juga mengampanyekan untuk berlibur di dalam negeri saja dan ini yang akhirnya banyak dilakukan masyarakat.
Menurutnya, penerbangan untuk destinasi-destinasi tertentu, khususnya destinasi liburan favorit sudah penuh dipesan alias full booked pada periode libur Natal dan Tahun Baru di tahun ini.
“Dan kami menyiapkan tambahan penerbangan untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat,” kata Irfan dalam webinar InvesTalk Series, Kamis (10/12/2020).
Dia menuturkan, keputusan pemerintah untuk menghapus cuti bersama di akhir tahun tak memberikan dampak yang signifikan terhadap penerbangan karena masyarakat masih bisa mengajukan cuti pribadi dan tetap melanjutkan rencana perjalanannya.
Baca Juga
“Setelah wacana itu muncul dan menjadi keputusan pemerintah, kita monitor dengan sangat ketat bookingan yang sudah dilakukan. Kami Garuda mencoba memahami fungsi anggota masyarakat tapi memang sampai hari ini kami boleh mengatakan pembatalan tidak ada. Kalaupun ada very very material,” tuturnya.
Meskipun demikian, Irfan menegaskan pihaknya tetap memberlakukan protokol kesehatan dengan ketat, salah satunya dengan menetapkan maksimal kapasitas pesawat hanya 63 persen dari kapasitas aslinya.
Dia menyatakan GIIA berkomitmen untuk tetap menerapkan social distancing di dalam pesawat demi menekan penyebaran virus Covid-19. Selain itu, upaya tersebut juga dilakukan demi memastikan kenyamanan penumpang.
“Memang dari sisi ekonomi itu satu hal, tapi kalau dipaksakan penuh orang tidak nyaman, lalu itu akan jadi penerbangan dia terakhir sampai nanti benar-benar vaksin sudah disebar dan berpergian tidak harus bermasker lagi dia baru naik pesawat lagi,” tukasnya.