Bisnis.com, JAKARTA - PT Delta Dunia Makmur Tbk. melihat adanya potensi pertumbuhan kinerja pada tahun depan di tengah tren kenaikan harga batu bara dalam beberapa perdagangan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (13/12/2020) harga batu bara Newcastle untuk kontrak Januari 2021 berada di posisi US$82,5 per ton, naik 3,19 persen.
Adapun, dalam perdagangan tiga bulan terakhir harga naik hingga 41,75 persen dan sepanjang tahun berjalan 2020 harga menguat 12,47 persen.
Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan bahwa seiring dengan tren kenaikan harga batu bara yang masih berlangsung hingga saat ini, perseroan melihat prospek yang lebih positif untuk 2021.
“Kami bisa melihat prospek yang lebih positif untuk 2021 dan efek apa pun dari kenaikan harga batu bara saat ini tampaknya baru akan tercermin pada 2021,” ujar Regina kepada Bisnis, Jumat (11/12/2020).
Kendati demikian, prospek positif itu tidak serta merta akan menutupi segala tantangan bisnis yang ada. Kinerja masih dibayangi curah hujan yang tinggi seiring dengan fenomena La Nina. Umumnya, kata dia, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan kinerja kurang efisien daripada cuaca yang lebih kering.
Hingga Oktober 2020, emiten berkode saham DOID itu mencatatkan volume produksi 37 juta ton batu bara, turun 13 persen yoy. Sementara itu, pada periode yang sama volume OB DOID mencapai 246,4 juta bcm, turun 26 persen.
Untuk kinerja keuangan, DOID membukukan pendapatan sebesar US$494,17 juta hingga kuartal III/2020. Pencapaian itu turun 28,41 persen dibandingkan dengan US$690,33 juta perolehan pada kuartal III/2019.
Adapun, kontribusi pendapatan terbesar berasal dari PT Berau Coal sebesar US$237,35 juta atau sekitar 48 persen dari keseluruhan total pendapatan, disusul oleh pendapatan dari PT Adaro Indonesia sebesar US$62,03 juta sekitar 13 persen, dan dari PT Indonesia Pratama sebesar US$50,48 juta sekitar 10 persen dari keseluruhan pendapatan.
Selain itu, DOID membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$3,69 juta. Perolehan itu berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$28,14 juta.
DOID pun melihat pemulihan volume operasional bergantung pada pemulihan harga dan permintaan batubara. DOID akan berfokus pada pencapaian kontrak baru, pemeliharaan likuiditas, optimalisasi aset yang ada, dan pengurangan biaya.
“Hal itu untuk mempertahankan pelemahan secara menyeluruh di industri saat ini dan mendapatkan momentum ketika pasar telah pulih,” papar