Bisnis.com, JAKARTA - Emiten taksi milik keluarga konglomerat Djokosoetono PT Blue Bird Tbk. memperkirakan bisa kembali mendulang keuntungan atau laba bersih pada semester kedua tahun depan.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2020, Blue Bird membukukan pendapatan Rp1,55 triliun per 30 September 2020. Realisasi itu turun 47,55 persen dari Rp2,96 triliun periode yang sama tahun lalu.
BIRD juga mencetak rugi bersih Rp156,01 miliar pada kuartal III/2020. Pencapaian itu berbanding terbalik dengan perolehan laba bersih sebesar Rp229,33 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Secara kuartalan, kinerja BIRD memang meningkat. Pada akhir September 2020, Blue Bird membukukan pendapatan bersih dari segmen taksi Rp297,32 miliar. Jumlah yang dikantongi naik 72,08 persen dari posisi 30 Juni 2020.
Direktur Independen Blue Bird Eko Yuliantoro mengatakan pada kuartal III/2020 kinerja perseroan telah berangsur pulih. Hal ini tecermin dari kenaikan pendapatan bersih dari segmen taksi senilai Rp297,32 miliar atau naik 72,08 persen dibandingkan dengan kuartal II/2020.
“Dengan pencapaian hampir 75 persen tersebut, diharapkan Blue Bird akan mencatatkan laba kembali mulai semester II/2021,” kata Eko, Kamis (10/12/2020).
Baca Juga
Eko menambahkan bahwa saat ini pihaknya tengah menyusun anggaran dan target kinerja untuk 2021. Emiten bersandi saham BIRD ini pun tak berharap banyak pada semester I/2021 sehingga melihat lebih realistis dengan mengantisipasi kinerja masih akan tertekan.
Baru pada semester II/2021 ketika kondisi lebih dapat terbaca dan ditopang oleh strategi efisiensi yang dilakukan selama ini, BIRD berharap struktur perseroan sudah lebih baik bahkan dibandingkan sebelum pandemi.
“Kami harapkan mudah-mudahan semester pertama itu kami sudah mencapai break even level dan seterusnya bisa membukukan laba kembali,” ujar Eko.
Eko Yuliantoro mengatakan perseroan telah menahan ekspansi sejak virus corona merebak pada Maret 2020. Alhasil, rencana penggunaan belanja modal pun dipangkas.
“Kami menahan untuk ekspansi. Sampai saat ini, capex yang rencananya Rp1,5 triliun yang terealisasi kurang lebih sepertiganya Rp500 miliar,” katanya.
Eko menambahkan pada masa pandemi ini emiten dengan kode saham BIRD lebih selektif dalam membelanjakan capex. Adapun, posisi tersebut rencananya akan dipertahankan BIRD hingga 2021.
Walaupun belum dapat menyebutkan nominal capex pada 2021, Eko mengatakan prioritas utama belanja modal pada tahun depan akan lebih banyak pada peremajaan kendaraan.
“Mungkin kalau ada rencana penambahan untuk capex, peremajaan terutama itu akan dilakukan pada semester II/2020 karena kendaraan sudah semakin tua agar pelayanan kami tetap prima,” jelas Eko.