Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas diprediksi melemah menjelang window dressing pada akhir 2020 seiring dengan meningkatnya minat investor ke aset berisiko seperti pasar saham.
Namun, hal itu bisa menjadi momentum beli sambil menantikan harga emas naik kembali pada awal 2021 seiring dengan sejumlah sentimen fundamental sebagai pendorong.
Pada perdagangan Selasa (1/12/2020) pukul 16.25 WIB, harga emas spot naik 0,89 persen atau 15,82 poin menjadi US$1.792,77 per troy ounce. Harga sudah naik 17,29 persen sepanjang 2020.
Direktur PT Solid Gold Berjangka (SGB) Dikki Soetopo menyampaikan menjelang akhir Desember 2020, ada momen yang ditunggu untuk berburu cuan besar yaitu window dressing.
Pada momen ini nilai saham akan menguat terutama untuk kategori saham blue chip. Khususnya di perdagangan berjangka, untuk produk derivatif indeks Hang Seng dan Nikkei dipastikan akan melonjak tajam.
Menurutnya dalam momen window dressing, sektor keuangan dan saham akan menguat seiring derasnya aliran modal yang masuk ke dalam perusahaan.
Baca Juga
"Sementara itu, harga emas biasanya akan mengalami koreksi," paparnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (1/12/2020).
Tren penurunan harga emas pada Desember itu malah menjadi peluang bagi para investor untuk memborong karena adanya harapan penguatan harga emas di momen January effect dan Imlek pada awal 2021.
Dikki menyampaikan pada saat window dressing, harga emas akan mengalami pelemahan di kisaran harga middle price di level US$1761 per troy ounce.
Sementara itu, banyak analis memperkirakan pelemahan harga emas saat ini wajar dalam perdagangan pasar global. Mereka menganggap ini peluang untuk membeli, karena harga emas diprediksi masih berpotensi menguat ke level US$1.900 per troy ounce, bahkan US$2000 per troy ounce pada awal tahun depan.
"Jelasnya, momen window dressing adalah salah satu kesempatan untuk membeli emas di saat terjadi koreksi. Peluang profit taking sangat besar di setiap awal tahun karena adanya January effect, disambut juga oleh momen Imlek," paparnya.
Dikki mengatakan, para investor saat ini semestinya mewaspadai terjadinya aksi taking profit di perdagangan saham maupun mata uang seiring perdagangan saham. Pasar mata uang menurutnya sudah mengalami penguatan semenjak pengumuman vaksin Covid-19.