Bisnis.com, JAKARTA — PT Timah Tbk. melakukan serangkain strategi untuk memperbaiki kinerja fundamental perseroan. Produsen timah itu percaya diri kinerja kuartal IV/2020 bakal lebih baik.
Sekretaris Perusahaan Timah Muhammad Zulkarnaen Dharmawi mengungkapkan ada tiga hal yang dilakukan perseroan untuk perbaikan fundamental. Pertama, perbaikan cash flow dengan menjaga cash flow tetap positif.
Kedua, pengurangan beban utang sehingga biaya utang menjadi lebih kecil. Ketiga, efisiensi di segala lini operasi untuk meningkatkan operating profit margin.
“Dari ketiga hal tersebut, terlihat perbaikan kinerja keuangan dari kuartal I/2020 hingga kuartal III/2020. Perbaikan akan terus dilakukan hingga diharapkan kinerja akhir tahun atau kuartal IV/2020 lebih baik dari kuartal sebelumnya,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (25/11/2020).
Sebagai eksportir logam timah, lanjut dia, acuan harga jual atau ekspor adalah harga logam dunia yang tercatat dalam bursa London Metal Exchange (LME). Pihaknya berharap kenaikan harga logam saat ini relatif stabil.
“Kenaikan harga logam timah tentunya merupakan salah satu indikator meningkatnya permintaan logam timah di dunia termasuk Amerika Serikat,” imbuhnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Manajemen Timah menjelaskan bahwa uji coba vaksin di beberapa negara telah membawa harapan baik bagi pulihnya pasar komoditas logam. Perseroan pertambangan milik negara itu melaporkan permintaan logam timah naik 8,07 persen secara kuartalan pada kuartal III/2020.
Emiten berkode saham TINS itu melaporkan harga logam timah terus membaik akibat defisit pada kuartal III/2020. Manajemen optimistis harga akan kembali ke posisi semula pada awal 2021.
TINS melaporkan ekspor timah sebesar 98 persen dengan pasar benua Asia 68 persen, Eropa 15 persen, dan Amerika 15 persen pada kuartal III/2020. Sisanya, penjualan dilakukan ke pasar domestik.
Pada kuartal III/2020, TINS membukukan pendapatan Rp11,88 triliun. Realisasi itu lebih rendah 18,42 persen dari Rp14,56 triliun periode yang sama tahun lalu.
TINS tercatat masih membukukan rugi bersih Rp255,16 miliar per 30 September 2020. Namun, jumlah itu menciut dari Rp390,07 miliar pada kuartal II/2020.