Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Huru-hara Pilpres AS Reda, Bursa Asia Kompak Menguat

Pada Senin (16/11/2020), indeks Topix Jepang ditutup menguat 1,7 persen, indeks Kospi Korea Selatan melesat 2 persen, sedangkan indeks ASX 200 Australia naik 1,24 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia menutup perdagangan pertama pekan ini dengan hasil positif menyusul sejumlah sentimen positif dari wilayah tersebut dan kabar terjadinya lockdown di AS yang dibantah oleh pemerintah setempat

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (16/11/2020), indeks Topix Jepang ditutup menguat 1,7 persen, indeks Kospi Korea Selatan melesat 2 persen, sedangkan indeks ASX 200 Australia naik 1,24 persen.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong juga terpantau menguat 0,6 persen. Tren ini juga diikuti oleh indeks Shanghai Composite China yang menguat 0,9 persen.

Pasar global telah kembali ke level sebelum terjadinya pandemi virus corona setelah munculnya kejelasan terkait vaksin pada pekan lalu yang mendorong saham-saham dengan valuasi yang tinggi. Sementara itu, performa saham-saham defensif tidak sebaik prediksi analis sebelumnya.

Meski demikian, pelaku pasar juga masih mengkhawatirkan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan seiring dengan lonjakan kasus virus corona di sejumlah wilayah.

Amerika Serikat melaporkan penambahan kasus positif sebanyak 100 ribu infeksi dalam 10 hari beruntun. Sementara itu, Jerman akan melakukan pembatasan pergerakan selama empat hingga lima bulan mendatang.

“Kami melihat banyaknya kabar positif dalam beberapa waktu ke depan. Pelaku pasar tengah menanti pembukaan kembali kegiatan ekonomi, tingkat imbal hasil (yield) bottoming out, dan perbaikan kinerja dari saham dengan valuasi tinggi. Hal ini kemungkinan akan berlangsung selama 3 hingga 6 bulan,” ujar Chief Investment Officer Sage Capital Pty, Sean Fenton

Sementara itu, negara-negara di kawasan Asia Pasifik telah menandatangani Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP. Negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut mencakup sepertiga dari populasi dan produk domestik bruto (PDB) dunia.

Seluruh 10 negara anggota ASEAN terlibat dalam perjanjian ini beserta China, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Selandia Baru.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah menyiapkan sejumlah sanksi baru untuk China berupa pembatasan perdagangan terhadap perusahaan asal China dan pejabat politik di Negeri Panda tersebut dengan alasan pelanggaran HAM.

Trump juga mulai menunjukkan tanda-tanda pihaknya mengakui kemenangan Joe Biden dalam pilpres AS awal November lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper