Bisnis.com, JAKARTA - Kilau harga emas perlahan mulai memudar, terlebih menjelang pemilihan presiden atau pilpres Amerika Serikat (AS) pada 3 November 2020 mendatang. Harga emas menuju kinerja bulanan terburuk sejak 2019.
Berdasarkan data Bloomberg,harga emas telah jatuh di bawah level US$1.900 per troy ounce. Pada pukul 11.07 WIB, harga emas terpantau di level US$1.875,24 per troy ounce sedangkan emas berjangka Comex di leve US$1.875,90.
Harga secara bulanan emas telah turun 1,1 persen. Penurunan tentu lebih besar bila dibandingkan dengan rekor US$2.075 per troy ounce pada Agustus 2020 lalu.
Ketidakpastian yang menjadi-jadi sebelum pilpres membuat investor melarikan modalnya ke mata uang dolar. Terlebih, perkembangan stimulus fiskal untuk pemulihan ekonomi AS buyar. Ini setelah Presiden AS Donald Trump menyebut kesepakatan terkait stimulus ditunda setelah pilpres AS.
Kendati demikian, emas masih punya peluang menguat dan kemenangan Joe Biden pada pilpres As menjadi faktor pendukung. Biden disebut akan pro stimulus, terlebih bila Partai Demokrat mengambil alih kendali Senat.
"Mulai sekarang hingga pilpres AS, kami menduga emas akan sangat volatil," ujar Kepala Analisis Logam Mulia HSBC Securities James Steel dalam sebuah laporan.
Baca Juga
Emas memang akan mendapat sokongan dari kekhawatiran terhadap peningkatan angka infeksi Covid-19. Namun, pelaku pasar cenderung menunggu stimulus sebagai faktor yang lebih penting.
Soal stimulus ini, kebuntuan tidak terhindarkan. Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin menuduh Ketua House of Representative Nancy Pelosi melakukan 'aksi politik' dengan menolak kompromi.
Untuk diketahui, bila stimulus disetujui, AS akan mencetak banyak dolar sehingga mengerek inflasi. Emas akan diburu sebagai instrumen yang mampu melindungi aset dari inflasi.