Bisnis.com, JAKARTA – PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menilai kebijakan berbagi spektrum frekuensi dapat membuat harga layanan 5G kepada pelanggan menjadi lebih murah.
Direktur & Chief Technology Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa mengatakan opsi berbagi spektrum antar operator telekomunikasi untuk implementasi jaringan 5G di Indonesia adalah opsi yang sangat efektif.
Dengan adanya opsi berbagi spektrum, operator seluler memiliki kesempatan untuk meningkatkan kapasitas jaringannya dengan belanja modal yang lebih hemat. Alhasil, masyarakat dan koperasi penerima layanan 5G akan mendapatkan harga yang lebih murah.
“Berbagi spektrum juga memungkinkan operator untuk memaksimalkan investasi yang telah ada sekarang untuk 5G. Beberapa perangkat yang saat ini dipergunakan untuk teknologi 4G dapat dipergunakan kembali untuk 5G melalui mekanisme upgrade,” kata Darmayusa kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Adapun kaitan 5G dengan pandemi, kata Darmayusa, opsi berbagi spektrum dapat menjadi solusi di tengah penurunan daya beli masyarakat.
Masyarakat memiliki kesempatan mendapatkan layanan pita lebar dengan kapasitas dan kualitas yang lebih baik, dengan tarif layanan yang terjangkau karena beban biaya operator yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan spectrum baru untuk 5G.
Baca Juga
“Akan tetapi, implementasi 5G tentu membutuhkan kesiapan dari ekosistem lainnya, seperti ketersediaan device yang terjangkau oleh masyarakat dan juga regulasi,” kata Darmayusa.
Dia mengatakan secara teknologi dan jaringan, XL Axiata sudah siap untuk mengimplementasikan 5G, hanya saja perseroan masih menunggu kesiapan regulasi dari pemerintah yang mengatur mengenai pemanfaatan dan penyelenggaraan 5G.
XL Axiata sudah melakukan konvergensi jaringan dan IT serta menerapkan modernisasi perangkat jaringan radio untuk mempercepat adopsi 5G. XL juga rutin menggelar uji coba 5G sejak 2017 hingga saat ini.
Sekadar catatan, laporan Unlocking 5G Potensial for Digital Economy in Indonesia memperkirakan kehadiran 5G pada 2021 akan menyebabkan tingkat konsumsi publik terhadap ekonomi digital bertambah sekitar Rp250 triliun dan mencapai Rp500 triliun pada 2023.
Kemudian, dalam skema penetrasi 5G yang agresif pada 2023 diperkirakan jumlah pengguna 5G di Indonesia mencapai 50 juta pengguna.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa generasi kelima seharus datang ke Indonesia pada 2023. Jika terlambat, maka Indonesia berpeluang kehilangan potensi ekonomi senilai Rp1.600 triliun pada 2030.