Bisnis.com, JAKARTA — Fitch Solutions meningkatkan proyeksi rata-rata harga minyak sawit untuk tahun ini dari 2.450 ringgit per ton menjadi 2.580 ringgit per ton. Di sisi lain, produksi sawit Indonesia diramal bisa mencapai puncaknya akhir tahun ini.
Seperti dilansir dari Bloomberg, di sisa tahun ini harga rata-rata minyak sawit diharapkan ada di level 2.600 ringgit per ton. Adapun saat ini level harga minyak sawit di kisaran 2.800 ringgit per ton.
“Harga minyak sawit terbukti tahan banting di tengah krisis akibat Covid-19 dan berada di jalur untuk menjadi satu-satunya komoditas dengan harga rata-rata lebih tinggi setiap tahun, bersama dengan beras, gandum, dan kopi,” demikian catatan Fitch Solutions, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (27/10/2020)
Lebih lanjut Fitch mengatakan, sejak Mei minyak sawit dan gula menjadi komoditas lunak yang paling unggul tahun ini.
Rata-rata harga minyak sawit yang tinggi didorong oleh penurunan produksi minyak sawit global akibat dampak yang tertunda dari cuaca kering yang melanda pohon-pohon sawit. Kemudian, ditambah pemulihan permintaan yang kuat dari India dan Cina setelah adanya disrupsi Covid-19.
“Kedua faktor ini menyebabkan penurunan persediaan minyak sawit,” tulis Fitch.
Baca Juga
Ke depan, mereka memperkirakan pembelian dari China dan India akan tetap kuat dalam beberapa bulan mendatang. Pun, persediaan minyak sawit Malaysia kemungkinan bakal terkuras seiring tren pemulihan output di Asia Tenggara.
Adapun untuk 2021 mendatang, Fitch memperkirakan harga minyak sawit akan kembali naik menjadi 2.580 ringgit per ton, dari harga semula 2.450 ringgit per ton.
Begitu pula produksi minyak sawit global diprediksi akan naik 5,4 persen secara tahunan pada 2020-2021, sejalan dengan pemulihan kebun dari kekeringan pada 2019 lalu, tertolong oleh adanya badai La Nina dan aplikasi pupuk yang lebih massif.
Di sisi lain, permintaan kelapa sawit terlihat akan rebound hingga 7,1 persen year on year pada 2021 mendatang, ditopang oleh aktivitas ekonomi yang lebih kuat akan mendukung konsumsi dalam makanan dan biodiesel.
“Harga sawit juga didukung oleh prospek bullish untuk minyak mentah, yang malah akan berisiko bagi minyak nabati alternatif karena La Nina,” tutupnya.
Sementara itu, dari dalam negeri produksi minyak sawit bulanan Indonesia diperkirakan bisa mencapai puncaknya pada rekor sekitar 5 juta ton tahun ini, setelah La Nina membawa hujan ke wilayah perkebunan sehingga bisa pulih dari kondisi kekeringan tahun lalu.
Kepala Riset dan Peningkatan Produktivitas Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Hasril Hasan Siregar mengatakan puncak produksi tahun ini terjadi akibat adanya “hujan baik” yang membuat buat matang dengan sempurna.
“Dan sejauh ini belum ada laporan gangguan panen akibat banjir,” ujarnya, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (27/10/2020)
Dia menyebut produksi dapat mencapai puncaknya pada bulan Oktober atau November. Adapun produksi mencapai 4,81 juta ton pada Agustus, merupakan realisasi total bulanan tertinggi sejak 2016.