Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yield Obligasi Indonesia Berpotensi Lanjutkan Penguatan, Ini Sentimennya

Data dari laman World Government Bonds pada Jumat (23/10/2020) menyatakan, tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun berada di posisi 6,706 persen.
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar obligasi Indonesia kembali bergairah seiring dengan kembalinya tingkat imbal hasil (yield) ke level sebelum pandemi virus corona. Prospek penguatan yang lebih jauh berpotensi membawa kembali investor asing masuk ke pasar surat utang Indonesia.

Data dari laman World Government Bonds pada Jumat (23/10/2020) menyatakan, tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun berada di posisi 6,706 persen. Dalam seminggu terakhir, level yield obligasi Indonesia telah menguat sebanyak 15,7 basis poin.

Catatan tersebut berarti tingkat imbal hasil obligasi negara telah kembali ke level sebelum pandemi virus corona terjadi di Indonesia. Pada April lalu, yield surat utang Indonesia sempat menyentuh level 8,2 persen.

Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, kembalinya yield obligasi Indonesia ke kisaran 6,7 persen disebabkan oleh meredanya volatilitas eksternal. Tekanan jual di pasar obligasi Indonesia saat ini mulai berkurang seiring dengan tren kenaikan indeks di Amerika Serikat.

“Berkurangnya tekanan jual dapat terlihat dari kembali masuknya investor asing ke pasar surat berharga negara (SBN) Indonesia, walaupun jumlahnya belum signifikan,” katanya saat dihubungi pada Jumat (23/10/2020).

Selain itu, likuiditas di pasar Indonesia masih terbilang tinggi yang didukung oleh sektor perbankan. Turunnya loan to deposit ratio (LDR) dan penyaluran kredit yang belum maksimal mendorong sektor perbankan untuk mencari instrumen investasi guna menaruh likuiditas berlebih.

Ia melanjutkan, tren positif pergerakan yield obligasi Indonesia akan membawa kembali investor asing yang sempat kabur dari pasar surat utang Indonesia karena pandemi virus corona. Menurutnya, spread yield antra SBN dan US Treasury saat ini masih cukup lebar dibandingkan rerata beberapa tahun terakhir.

“Saat ini spreadnya di kisaran 600 basis poin, sementara dalam 5 tahun terakhir berada di level 530 basis poin, masih cukup lebar dan bahkan diatas rata-rata,” tambahnya.

Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah yang mulai stabil akan semakin menambah daya tarik surat utang Indonesia. Dalam berinvestasi di pasar obligasi, para investor umumnya memperhatikan risiko selisih nilai tukar yang berpotensi menggerus keuntungannya.

Dengan nilai tukar yang stabil di kisaran Rp14.500 hingga Rp14.800 per dolar AS saat ini, Ariawan menilai minat investor asing terhadap pasar SBN Indonesia akan perlahan pulih dan mengurangi potensi kerugian dari nilai tukar yang fluktuatif.

“Potensi keuntungan investor di pasar surat utang Indonesia akan semakin besar apabila perekonomian global dan Indonesia kian membaik. Hal ini akan mempercepat kembalinya investor asing ke Indonesia,” jelasnya.

Lebih lanjut, sentimen stimulus fiskal dari Amerika Serikat berpotensi semakin menurunkan tingkat imbal hasil obligasi Indonesia. Dengan pengesahan paket stimulus, peredaran mata uang dolar AS akan semakin banyak. Hal ini akan berimbas pada penguatan lebih lanjut nilai rupiah terhadap dolar AS.

Ia memprediksi tingkat imbal hasil obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun akan berada di kisaran 6,5 persen hingga 6,7 persen pada akhir 2020. Meski demikian, kemungkinan penurunan lebih jauh juga dapat terjadi.

“Apabila Bank Indonesia memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga acuan, maka yield obligasi Indonesia juga ikut turun hingga mencapai kisaran 6,2 persen sehingga menambah daya tarik surat utang Indonesia di mata asing,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper