Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten tembakau PT Indonesian Tobacco Tbk. langsung melesat pada awal perdagangan hari ini, Kamis (22/10/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, emiten dengan kode ITIC tersebut tercatat dibuka di posisi Rp745 per saham dan langsung melesat 14,68 persen ke level Rp820 per saham pada pukul 09.15 WIB.
Berdasarkan pantauan terakhir pukul 09.35 WIB, saham ITC terpantau naik 12,59 persen atau 90 poin ke level Rp805 per saham. Volume perdagangan tercatat mencapai 3,47 juta lembar dengan frekuensi sebesar 1.447 kali transaksi.
Lonjakan harga saham lebih dari 10 persen ini tidak terlepas dari kinerja perseroan yang fantastis hingga periode kuartal ketiga tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan yang diunggah di laman keterbukaan informasi, Selasa (20/10/2020), ITIC mencatatkan kenaikan signifikan pada laba bersih sebesar 2.117,51 persen menjadi Rp13,55 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp611,31 juta.
Kenaikan laba ini dikontribusikan oleh berbagai faktor seperti kenaikan pendapatan 48,87 persen secara tahunan menjadi Rp179,04 miliar, menurunnya beban keuangan, nihilnya rugi penjualan aset tetap, keuntungan dari selisih kurs dan kenaikan penghasilan lainnya.
Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono mengatakan selain dari berkurangnya beban bunga setelah mengajukan fasilitas refinancing dan nihilnya biaya setelah aksi korporasi IPO, perseroan akhirnya bisa menikmati kembali keuntungan yang pesat pada tahun ini.
“Selain daripada hal tersebut, kita juga ada menaikkan harga jual, dan HPP (harga pokok penjualan) kita juga bisa kendalikan dengan baik sehingga profitabilitas meningkat,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (21/10/2020).
Di sisi lain perseroan juga mengakui sudah meningkatkan kapasitas produksi sejak awal semester kedua tercermin dari volume penjualan yang mencapai 2,18 juta kilogram hingga September, dari target 2,8 juta kilogram hingga akhir tahun ini.
Adapun, segmen penjualan lokal masih menjadi penopang bisnis perseroan dan terpantau naik 50,25 persen menjadi Rp181,74 miliar sebelum dikurangi retur dan diskon.
Sementara penjualan ekspor mengalami penurunan 17,33 persen menjadi hanya Rp1,3 miliar belum dikurangi retur dan diskon hingga periode September 2020.