Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Eropa ditutup melemah pada perdagangan Rabu (20/10/2020), di tengah meningkatnya upaya sejumlah negera untuk membendung penyebaran virus
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 ditutup melemah 0,35 persen atau 1,30 poin ke level 365,51. Adapun indeks DAX Jerman ditutup melemah 0,92 persen.
Sementara itu, indeks CAC 40 Prancis ditutup terkoreksi 0,27 persen. Di sisi lain, indeks FTSE 100 Inggris ditutup menguat tipis 0,08 persen.
Dilansir dari Bloomberg, pemerntah negara-negara di Erope meningkatkan upaya untuk menekan penyebaran virus corona dengan menerapkan kembali sejumlah pembatasan ketat di sebgian wilayah.
Di Italia, kasus harian meningkat lagi pada hari Selasa menjadi 10.874, dari 9.338 sehari sebelumnya. Sedangkan kematian harian meningkat menjadi 89. Pasien dalam perawatan intensif melonjak 73 menjadi 870, dibandingkan dengan puncak awal April yang mencapai lebih dari 4.000.
Sementara itu, kasus virus corona telah melampaui 40 juta di seluruh dunia, dengan penyebaran tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.
Di AS, lonjakan di Wisconsin dan negara bagian lainnya menjadi tantangan bagi Presiden Donald Trump dua minggu sebelum pemilihan presiden.
Sementara itu, pembicaraan kesepakatan perdagangan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa kemungkinan akan berlanjut setidaknya hingga pekan depan depan jika kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan.
Di antara saham-saham yang bergerak, sahamUBS menguat setelah perusahaan Swiss tersebut mencatat kinerja lebih baik dibandingkan perkiraan pada kuartal III/2020.
Para pelaku pasar pun masih terus menanti kejelasan paket stimulus sebelum pemilu AS berlangsung pada 3 Novemer mendatang. Adapun The Fed meminta adanya lebih banyak dukungan fiskal untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona.
Ketua DPR AS dari Partai Demokrat Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dilaporkan terus melakukan pembicaraan guna mencapai kesepakatan pada paket stimulus ini. Dalam rancangan anggarannya, Partai Demokrat menolak mengurangi bantuan untuk pemerintahan daerah, pekerja, sekolah, dan layanan kesehatan.
Analis Senior Oanda, Edward Moya mengatakan pasar aset berisiko kehilangan daya tariknya seiring dengan perkembangan kasus positif virus corona di seluruh dunia. Hal ini juga diperparah dengan ketidakjelasan paket stimulus fiskal AS serta bank sentral yang mengambil kebijakan wait and see.
"Sejauh ini belum ada tanda-tanda penghapusan pelonggaran kuantitatif. Meski demikian, hal ini belum menjadi alasan yang cukup untuk membeli saham," jelasnya.