Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Tertekan, Reksa Dana Indeks dan Exchange Traded Fund Masih Prospektif

Berdasarkan data Infovesta Utama, dari 44 produk ETF berbasis saham dan 32 reksa dana indeks yang terdaftar seluruhnya kompak mencatatkan kinerja negatif sepanjang tahun berjalan.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kendati kinerja reksa dana indeks dan exchange trade fund (ETF) sepanjang tahun berjalan mencatatkan hasil negatif, minat terhadap kedua reksa dana ini dinilai masih tinggi.

Berdasarkan data Infovesta Utama, dari 44 produk ETF berbasis saham dan 32 reksa dana indeks yang terdaftar seluruhnya kompak mencatatkan kinerja negatif sepanjang tahun berjalan.

Sebagai perbandingan, indeks harga saham gabungan (IHSG) telah terkoreksi 18,62 persen sepanjang tahun berjalan (year to date) hingga 19 Oktober 2020. Begitu pula dengan indeks LQ45 dan indeks IDX30 yang masing-masing tercatat turun 22,08 persen dan 22,52 persen.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja reksa dana indeks dan ETF memang bergantung pada indeks acuan, sehingga ketika pasar terkoreksi kinerja kedua jenis reksa dana itu pun pasti ikut melemah.

“Rata-rata pasti underperform IHSG karena hampir semua indeks turun lebih jauh. Apalagi kalau [reksa dana] indeks kita memilih hanya sebagian saham saja jadi diversifikasinya akan kurang,” kata Wawan ketika dihubungi Bisnis, Selasa (20/10/2020)

Meskipun demikian, dia menyebut reksa dana indeks dan ETF masih prospektif karena memiliki potensi rebound lebih tinggi jika pasar pulih sepenuhnya. Pasalnya, mayoritas reksa dana indeks dan ETF pasti memiliki saham-saham jagoan dalam portofolionya.

“Biiasanya ketika pasar rebound yang menggerakkan itu saham-saham blue chip, saham-saham big caps. Dan biasanya saham-saham itu pasti top ten di ETF dan indeks,” imbuhnya.

Di sisi lain, Wawan menilai minat terhadap kedua reksa dana ini masih tinggi, terbukti dari kenaikan unit penyertaan reksa dana indeks dan ETF hingga akhir kuartal III/2020 dibanding periode akhir tahun lalu.

Per akhir September 2020, unit penyertaan reksa dana indeks tercatat 8,2 miliar unit sedangkan per akhir September menjadi 9,8 miliar. Kemudian, unit penyertaan ETF naik dari 19 miliar pada Desember 2020 menjadi 22,4 miliar pada akhir September 2020.

Secara dana kelolaan, dalam periode yang sama nilai aktiva bersih reksa dana indeks dan ETF tercatat menurun yakni dari Rp8,74 triliun menjadi Rp7,68 triliun untuk reksa dana indeks dan dari Rp14,19 triliun menjadi Rp13,34 triliun untuk ETF.

Namun, penurunan dana kelolaan tersebut menurut Wawan lebih disebabkan oleh penurunan nilai aset dasar seiring dengan koreksi harga saham-saham yang terjadi sepanjang tahun berjalan.

“Unit dua-duanya naik. Akhir September itu unitnya naik semua jadi artinya investor tetep pada beli,” ujar Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper